Kisah Marshelina, Penulis Buku ‘Autis dan Puitis’ (2-Habis)

Tak Lagi Dipandang Sebelah Mata, Mengukir Karya dari Cerita Hidupnya

marshelina berjualan nasi kuning
DAGANG: Dalam kesehariannya saat ini Marshelina berjualan nasi kuning di Taman Kota Sampit, Jumat (5/8).

”Iya, itu pengalaman sendiri dengan lelaki. Seorang wartawan di Samarinda,” ucapnya.

Dalam puisi itu, Marshelina mengisahkan bagaimana dia memutuskan untuk bertunangan, tanpa mengenal lebih dalam sosok lelaki yang membuatnya larut dalam lautan cinta. Tanpa berpikir panjang dan mendengar nasihat orang terdekat.

Bacaan Lainnya

”Tak pernah menyangka, ternyata dia sudah berkeluarga. Tunangan seumur jagung. Hubungan diawali dengan kebohongan, hancur juga akhirnya,” ucap Marshelina.

Buku Antologi Merah Jambu bergambar gadis berhijab berisi tentang bercerita melalui puisi sejak tunas hingga berbunga, penuh derita, luka, air mata, cinta, persahabatan, dan akhirnya meraih bahagia di dunia sastra.

Ukiran kisah hidup Marshelina tertulis dalam buku Autis dan Puitis dengan sejuta harapan, mampu menyadarkan semua orang agar tak lagi merendahkan insan yang terlahir tak sempurna.

Baca Juga :  BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem Awal Penghujan

”Jangan menilai makhluk ciptaan-Nya hanya dari luarnya saja, namun sesungguhnya menyimpan emas permata,” tuturnya.

Masuk dalam dunia sastra membuat jalan Marshelina semakin terbuka. Dia merasa hidupnya menjadi indah dan bahagia, walau terlahir berbeda. Dia merasa diterima di dunia sastra.

Marshelina bersyukur bisa menuangkan bait-bait sederhana di atas kertas putih berlumur kerinduan dengan tinta kedamaian. Hingga akhirnya bisa mengeluarkan sebuah buku. Dia ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang terlibat dalam penerbitan buku Autis dan Puitis.

”Alhamdulillah, buku ini dapat diselesaikan di sela kesibukan literasi dan keadaan kurang sehat dengan semangat yang membara,” sebutnya.

Marcelina berharap buku tersebut dapat menyadarkan para pembaca, bahwa di balik kekurangan ada kelebihan. Tak seharusnya mereka yang terlahir berbeda, kehadirannya tidak diterima dan menjadi bahan hinaan. Di sisi lain, dia juga berharap buku itu dapat memotivasi para pembaca, karena baginya semua mimpi akan menjadi nyata berkat usaha dan doa.

Sebuah puisi berjudul Bunga Kehidupan menjadi puisi terakhir dalam buku itu. ”Tetap selalu yakin, setelah awan hitam dan hujan akan ada pelangi menghiasi sore”, merupakan kalimat motivasi yang dia tulis dalam puisi itu.



Pos terkait