Berkas-berkas, seperti kartu keluarga habis tak bersisa. Dua anak saya masih SD. Buku, baju sekolah terbakar semua. Mereka juga mau ulangan. Mau kenaikan kelas,” katanya.
Yulianti mengaku, saat kejadian dirinya baru meninggalkan rumah sekitar 15 menit. Begitu pula dengan anak-anaknya. Tak ada satu anggota keluarga pun yang ada di dalam rumah.
”Waktu kejadian saya lagi di sebelah (tetangga), anak juga lagi keluar. Untung anak tidak di rumah, kondisi rumah kosong waktu itu,” terangnya.
Bersama keluarga, Yulianti baru tinggal di lokasi tersebut sekitar dua tahun. Rumah tersebut baru satu tahun belakangan selesai dibangun. ”Rumahnya masih baru, setahun masih rangka belum bisa bangun, baru setahun ini yang sudah jadi,” ucapnya.
Kerugian atas terbakarnya rumah milik Yulianti ditaksir mencapai Rp250 juta. Selain perabotan dan lainnya, uang tunai sebesar Rp60 juta yang disimpannya di rumah juga ikut terbakar.
”Sama emas 10 gram juga ada. Uang yang terbakar itu uang modal untuk beli buah sawit (usaha sehari-hari),” katanya.
Bersama anak dan menantunya, untuk sementara Yulianti tinggal di rumah keluarga suami yang tidak jauh dari lokasi. ”Sementara tinggal tempat ipar atau di rumah keluarga suami,” ucapnya.
Penyebab kebakaran diduga karena mesin pendingin ruangan di rumah tersebut meledak hingga menimbulkan percikan api. ”Korslet dari AC. Api dari atas jatuh ke kasur. Langsung besar apinya. Saat itu banyak warga yang bantu memadamkan api,” sebutnya.
Akibat banyak barang yang mudah terbakar, api cepat membesar, menghanguskan rumah dan isinya. Saat menerima bantuan dari pemerintah daerah, Yulianti tak dapat membendung rasa sedihnya hingga meneteskan air mata.
Pasalnya, rumah yang baru setahun dibangun hanya menyisakan atap yang hangus dan barang-barang yang sudah menjadi arang. (yn/ign)