Pencabutan Subsidi Jadi Solusi, ALFI Kalteng Bakal Turunkan Ratusan Truk

alfi kalteng
SIAP AKSI: Pengurus dan anggota ALFI Kalimantan Tengah menyampaikan keterangan pers, Kamis (18/8) terkait rencana aksi damai di Sampit pada Selasa (23/8) nanti. (ANTARA/NORJANI)

SAMPIT, radarsampit.com – Pencabutan subsidi terhadap bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dinilai bisa jadi solusi sengkarut distribusi di Kabupaten Kotawaringin Timur. Disparitas harga yang terlalu besar membuat solar berpotensi dimainkan pihak tertentu untuk mengeruk keuntungan, sehingga BBM jenis tersebut sulit diperoleh.

Terkait permintaan pencabutan subsidi itu, Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Kalimantan Tengah berencana menggelar aksi damai di Sampit dengan mengerahkan ratusan truk.

Bacaan Lainnya
Gowes

”Yang kami minta subsidinya dicabut itu hanya solar. Bukan bahan bakar minyak jenis lain. Dengan subsidinya dicabut, maka disparitas harga tidak terjadi lagi. Atau katakan saja solar satu harga. Harapannya supaya pasokannya lancar, sehingga aktivitas angkutan juga tidak lagi terganggu,” kata Sekretaris yang juga Pelaksana Harian DPD ALFI Kalimantan Tengah, Budi Hariono di Sampit, Kamis.

Aksi damai meminta pencabutan subsidi solar itu rencananya dilaksanakan di Sampit pada Selasa (23/8) pekan depan. Rencana aksi damai ini juga sudah disampaikan ke Polres Kotawaringin Timur untuk diketahui sesuai aturan.

Baca Juga :  Keputusan Soal Koalisi atau Oposisi, PKB Tunggu 20 Oktober

Rencananya, ada sekitar 300 armada truk diturunkan dalam aksi tersebut. Peserta aksi berkumpul di Jalan Samekto, kemudian menuju DPRD Kotawaringin Timur untuk penyampaian aspirasi dan pernyataan sikap. Koordinasi sudah dilakukan dengan kepolisian agar aksi ini tidak sampai menimbulkan kemacetan.

Budi yang didampingi pengurus dan anggota ALFI menjelaskan, usulan pencabutan subsidi solar mungkin terdengar janggal. Namun, ALFI menilai kebijakan itu perlu ditempuh pemerintah agar kegiatan ekonomi, khususnya angkutan barang berjalan lancar.

Saat ini harga solar bersubsidi di SPBU Rp 5.150/liter. Namun, untuk mendapatkannya, truk harus antre bahkan sampai dua hari menunggu giliran masuk membelinya di SPBU. Ironisnya, sopir dipaksa membayar uang dengan kedok parkir dengan nilai tak masuk akal. Sejumlah sopir mengaku harus menyetor hingga ratusan ribu rupiah.

Kondisi ini yang membuat membeli solar bersubsidi dinilai tidak lagi ekonomis, karena sopir menjadi kehilangan potensi pendapatan akibat terlalu lama antre di SPBU.



Pos terkait