Siapa Dibalik Monopoli CPO

Siapa Dibalik Monopoli CPO

Hal itu dikuatkan dengan temuan MAKI bahwa banyak perusahaan pelat merah produsen CPO justru kesulitan bahan baku membuat CPO.”Ini terkait dengan orang yang kekayaannya di atas Rp 100 triliun. Sembilan naga,” paparnya.

Meski akhirnya pemerintah melunak dengan mencabut Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan di pasaran, Kementerian Perdagangan menegaskan akan terus mendalami dugaan mafia yang memicu kelangkaan minyak goreng. Kemendag terus melakukan koordinasi secara intensif dengan pihak kepolisian dan berjanji akan mengungkap oknum-oknum di balik ulah nakal tersebut.

Menanggapi polemik yang berkepanjangan, Pengamat Kebijakan Publik Achmad Nur Hidayat menilai bahwa potensi adanya kesengajaan pada kelangkaan minyak goreng di pasar memang terbuka lebar. “Memang disparitas harganya terlalu tinggi (antara harga HET dan harga mekanisme pasar, red), sehingga mungkin banyak pihak yang merasa tidak mendapatkan margin yang seharusnya,” ujar Hidayat, kemarin (20/3).

Menurut Hidayat, kebijakan tersebut membuat pasar terdistorsi, rantai distribusi pun macet. Dia menilai bahwa aksi penimbunan dan penjualan minyak goreng di pasar gelap pun menjadi bagian dari resiko kebijakan. “Saat ini pun kebijakan pemerintah yang memberikan HET untuk minyak goreng curah belum tentu optimal karena resiko kelangkaan juga sangat bisa terjadi di minyak goreng curah,” tambahnya.

Baca Juga :  Terbukanya Standar Ganda Eropa Terhadap Sawit Indonesia

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menegaskan pihaknya tak ingin main-main dalam mengungkap dugaan mafia minyak goreng. Dihadapan Komisi VI DPR, Sabtu lalu (19/3), Lutfi mengatakan bahwa pihaknya sudah menyerahkan seluruh data dugaan mafia penimbun minyak goreng kepada kepolisian. “Saya serahkan itu kepada polisi, biar merekalah yang memutuskan bagaimana proses hukumnya,” ujarnya.

Berdasarkan data yang dimiliki Kemendag, ada tiga wilayah yang distribusi minyak gorengnya berlimpah, diantaranya Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Jakarta. Tapi, minyak goreng malah susah didapatkan. Melihat hal itu, Mendag menilai ada yang tidak beres. “Di Medan (didistribusi, red) 25 juta liter minyak goreng. Rakyat Medan, menurut BPS jumlahnya 2,5 juta orang. Jadi menurut hitungan, satu orang itu 10 liter. Saya pergi ke pasar dan supermarket kota Medan, tidak ada minyak goreng,” ujar Mendag. Menurut Mendag, hal yang sama terjadi di Jawa Timur yang sudah mendapatkan distribusi 91 juta liter dan di Jakarta yang mencapai 85 juta liter.



Pos terkait