“Bencana banjir ini rutin kita hadapi setiap tahun. Tingkat kedalaman banjirnya saja yang berbeda-beda. Ke depan kita akan mengkaji lagi mana saja kecamatan yang rawan banjir dan paling lama surutnya akan dibangun tempat untuk penanganan banjir semacam posko,” katanya.
Selain itu, dirinya mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di dataran rendah agar berpindah ke dataran yang lebih tinggi.
“Saya berharap masyarakat mulai berpikir mengubah pola hidup tidak harus hidup di pinggir air, carilah lokasi yang dataran yang lebih tinggi sehingga masyarakat tidak lagi mengalami musibah banjir. Walaupun saya memahami masih banyak masyarakat yang bekerja di dekat sungai, pelan-pelan mulai berpindah membangun rumah yang lebih aman di dataran yang lebih tinggi,” katanya.
Halikinnor menambahkan kepada orang tua agar tetap mengawasi anak-anaknya yang rumahnya terdampak banjir. “Setiap banjir anak-anak terbiasa malah berenang, maka saya ingatkan kepada orang tua tolong tetap mengawasi anak-anaknya jangan sampai terjadi korban jiwa. Sampai hari ini belum ada laporan korban jiwa, tetapi saya tetap mengingatkan kepada warga untuk tetap waspada,” tandasnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Muhammad Yusuf menambahkan, hingga saat ini dilaporkan ada tujuh kecamatan dari 58 desa/kelurahan dengan total 5.402 KK yang terdampak banjir. Sedangkan, kondisi terparah hingga mengakibatkan rumah terendam banjir terjadi di 48 desa/kelurahan dengan total 4.942 KK atau 10.585 jiwa yang memerlukan bantuan. Sedangkan, fasilitas layanan puskesmas/pustu di Desa Jariangau, Tumbang Penyahuan, Tumbang Maya dan 8 sekolah terendam banjir.
“Ada 460 KK lainnya yang tidak sampai masuk rumah namun mengalami dampak banjir dan kesulitan beraktivitas dikarenakan sebagian jalan di desa terendam banjir,” pungkas Yusuf. (hgn/yit)