Sampit akan Dibangun Huma Betang Kapasitas Ribuan Orang

rumah betang tumbang gago
rumah betang tumbang gago

SAMPIT – Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor berencana membangun Huma Betang di Kota Sampit.  Dirinya akan melibatkan masyarakat untuk berperan mendesain bangunan khas Kalimantan.

”Saya akan membangun Huma  Betang yang besar di Kota Sampit karena saya ingin ada gedung yang bisa memuat ribuan orang,” kata Halikinnor belum lama ini.

Desain akan disayembarakan. Siapa saja yang bisa ikut sayembara merancang Huma Betang yang memiliki nilai budaya dan kearifan lokal tinggi.

“Nanti saya akan adakan sayembara melibatkan masyarakat, siapa saja masyarakat yang bisa menyumbang gagasan dan desain yang luar biasa pasti akan kita hargai,” katanya.

Terkait lokasi penempatan Huma Betang, Halikin belum menentukan. Namun, dipastikan Huma Betang dibangun di Kota Sampit. “Lokasi yang tepat masih dicari. Yang pasti di Kota Sampit,” katanya.

Sekadar diketahui, Huma artinya rumah (dalam bahasa Dayak Ngaju) dan Betang artinya mengedepankan musyawarah, mufakat, kesetaraan, kejujuran dan kesetiaan. Huma Betang merupakan rumah adat masyarakat suku Dayak yang dalam falsafahnya menyimbolkan nilai-nilai demokrasi yang telah ada sejak zaman dahulu kala.

Baca Juga :  Klaster Perkebunan Merebak, Perusahaan Diminta Patuhi Edaran Pencegahan Covid-19

Di Kabupaten Kotim, Huma Betang dapat dijumpai ditepian Sungai Kalang, Desa Tumbang Gagu, Kecamatan Antang Kalang. Huma Betang ini cukup mahsyur di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Bangunan bersejarah ini bahkan dijadikan cagar budaya yang masih terus dilestarikan hingga sekarang.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar Sampit, Huma Betang Kalang ini dibangun selama tujuh tahun sejak tahun 1870 dan baru ditempati pada tahun 1878. Bangunan tersebut didirikan oleh masyarakat suku Dayak yang dahulunya ditempati oleh enam kepala keluarga. Betang Kalang ini merupakan rumah panggung berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang bangunan 58,7 meter, lebar 26,40 meter dan tinggi 15,68 meter dari permukaan tanah. Terdapat tiang pondasi sebanyak 256 tiang yang terbuat dari konstruksi kayu yang dinamakan tiang jihi dan tungket dengan ukuran yang bervariasi. Pada bagian depan rumah dan belakang rumah terdapat 20 anak tangga atau dalam bahasa dayak disebut hejan untuk naik keatas menuju betang. Tangga ini terbuat dari kayu ulin berukuran 7,10 m dengan diameter kurang lebih 35 cm. (hgn)



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *