13 Warga Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Semeru

13 Warga Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Semeru
LAHAR PANAS: Sejumlah warga melintasi area perkampungan Renteng Kecamatan Candipuro yang tertutup lahar panas erupsi Gunung Semeru untuk melihat kondisi rumah dan ternak yang terjebak di aliran lahar dingin tersebut, kemarin, Minggu dini hari (5/12/2021). Gunung Semeru kembali meletus pada pukul 16.40 WIB pada hari Sabtu (4/12) yang menyebabkan sejumlah kawasan didaerah tersebut tertutupi oleh abu vulkanik. Selain itu, korban luka bakar masih mendapatkan perawatan di Rumah Sakit terdekat dan warga terdampak untuk sementara waktu dievakuasi di Balai Desa. (DIPTA WAHYU/JAWA POS)

“BPBD Kabupaten Lumajang juga melaporkan terdapat 902 warga mengungsi yang tersebar di beberapa titik kecamatan,” ucap Muhari.

Kejadian sebaran awan panas guguran Gunung Semeru juga menyebabkan beberapa rumah warga tertutup material vulkanik, serta jembatan Gladak Perak di Curah Kobokan yang menjadi akses penghubung Lumajang dan Malang terputus. BPBD Kabupaten Lumajang menggunakan alat berat wheel loader untuk membuka akses jalan curah kobokan, serta melakukan pendataan lanjutan terkait kerugian materil lainnya akibat peristiwa ini.

Berdasarkan pemantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), lanjut Muhari, saat ini Gunung Semeru masih dalam status level II atau waspada. Berdasarkan pemantauan kondisi udara melalui radar Accuweather Udara, mencapai tingkat polusi tinggi dan berdampak negatif terhadap kelompok yang masuk dalam kategori rentan, yaitu lansia, ibu hamil, disabilitas serta anak-anak.

“Pantauan secara visual juga menunjukkan awas panas guguran telah berhenti dikarenakan kondisi hujan di sekitar puncak kubah lava Gunung Semeru,” ungkap Muhari.

Oleh karena itu, BPBD terus melakukan koordinasi bersama perangkat desa setempat dan Pos Pengamat Gunung Api (PPGA) terkait pemutakhiran aktivitas Gunung Semeru.

Baca Juga :  Semakin Mudah, Daftar Haji Cukup lewat Aplikasi

“BPBD Kabupaten Lumajang mengimbau masyarakat setempat untuk tidak melakukan aktivitas di Daerah Aliras Sungai (DAS) Mujur di Curah Kobokan dan DAS lainnya maupun beberapa tempat yang dimungkinkan menjadi tempat aliran guguran awan panas,” pungkasnya.(JPG)

 

 



Pos terkait