Pihaknya mengaku kesulitan mendapatkan oknum warga yang melakukan pembakaran tersebut. Pasalnya, ketika tim BPBD tiba di lokasi, pelaku telah melarikan diri.
”Untuk mendapatkan pelakunya cukup sulit, karena pola mereka setelah membakar langsung lari atau pakai obat nyamuk yang dinyalakan dan ditinggalkan di lokasi lahan. Setelah beberapa saat obat nyamuk itu habis, akan membakar apa yang ada di sekitarnya,” jelasnya.
Salah satu kendala pihaknya dalam menangani titik panas, yakni sistem satelit yang agak lambat dalam memproses data. Laporan titik panas baru muncul sehari setelahnya. Berbeda dengan kebakaran yang terjadi di area perkotaan, tim BPBD bisa mendapat informasi lebih cepat dari warga dan bisa segera meluncur ke lokasi.
Atas peran serta aparat kepolisian, TNI, dan warga di setiap kecamatan yang turut andil dalam mengatasi karhutla di wilayah masing-masing, BPBD sangat terbantu. Sebab, untuk mengatasi masalah itu memang tak bisa hanya mengandalkan satu instansi.
Pihaknya juga terus mengimbau masyarakat agar tidak lagi melakukan pembakaran dengan alasan apa pun. Apalagi dampak dari karhutla cukup besar bagi masyarakat. Selain itu, perbuatan tersebut juga termasuk tindakan melanggar hukum. (yn/ign)