”Desa itu memang rawan tergenang banjir dengan lamanya genangan bervariatif yang bisa sampai memutus akses jalur darat. Walaupun curah hujan dari penjelasan BMKG tadi masih masuk kategori menengah, tetapi faktanya genangan banjir tetap terjadi, mungkin itu juga dipengaruhi beberapa faktor, bisa karena durasi hujan yang cukup lama, air sungai sedang pasang atau bisa juga saluran drainase yang tidak lancar sehingga mengakibatkan air meluap menutupi jalan dan menimbulkan genangan banjir,” ujarnya.
Rihel mengatakan, status siaga darurat banjir dapat ditingkatkan menjadi tanggap darurat apabila dampak yang ditimbulkan dari bencana banjir mengakibatkan korban terdampak, jumlah kejadian banjir yang terus meningkat, serta lamanya genangan banjir terjadi.
Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam mengatakan, selama musim hujan sejak awal November 2023 lalu, tercatat 3-5 kali kejadian banjir di beberapa wilayah Kecamatan Tualan Hulu, Kotabesi, dan Kota Sampit.
”BPBD menerima laporan banjir di Desa Tumbang Mujam 4 kali, Waringin Agung dua kali, Hanjalipan satu kali, dan di Kota Sampit tiga kali. Tentunya untuk mengantisipasi banjir ini, kami berharap tahapan Pemilu 2024 dapat berjalan lancar tanpa ada kendala banjir,” kata Multazam.
Untuk mengantisipasi apabila terjadi banjir, BPBD Kotim telah mempersiapkan 1 perahu karet, 2 perahu fiber, genset, pelampung dana kelengkapan peralatan lainnya.
”Apabila terjadi banjir pada beberapa daerah tertentu, kami akan mendirikan pos lapangan (poslap) di 17 desa yang rawan mengalami banjir. Poslap akan didirikan apabila terjadi genangan banjir yang tidak kunjung surut atau cenderung meningkat atau bertahan selama tiga hari berturut-turut,” ujarnya. (hgn/ign)