Belasan Tahun Taklukkan Laut, Rindu Keluarga Jadi Tantangan Paling Berat

Kacab Pelni Pangkalan Bun
TEMPAT PULANG: Antonius Lumban Gaol saat bersama istri dan anaknya. (RINDUWAN/RADAR SAMPIT)

Pelayaran yang tak kalah mengesankan, saat pelayaran dari Jakarta menuju Filipina. Saat melintas di Laut Cina Selatan, dia bersama krunya dihantam gelombang tinggi  selama tiga hari. Meski demikian, Antonius dan rekan sepelayarannya tak mundur dan terus melanjutkan perjalanan.

”Kami terombang-ambing di tengah laut dengan cuaca yang tidak bersahabat. Kami tidak menyerah. Pengalaman itu masih ingat sampai sekarang, karena banyak hal yang kami lewati selama tiga hari itu,” katanya.

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

Seiring berjalannya waktu, Antonius tidak lagi membawa kapal barang. Dia membawa kapal penumpang milik PT Pelni, yakni KM Dorolanda. Kapal yang lumayan besar milik PT Pelni. Dia juga pernah membawa KM Binaiya dan pernah berlayar sampai Pelabuhan Panglima Utar Kumai pada tahun 2003.

Menurut Antonius, tantangan berat bekerja sebagai pelaut bukan soal takut gelombang tinggi. Namun, rindu kembali ke kampung halaman dan kumpul bersama keluarga.

Pada 2012, Antonius lalu ditawari tak lagi membawa kapal dan fokus kerja di kantor. Setelah mendiskusikan tawaran itu dengan keluarga, dia menerimanya.

Baca Juga :  Tambal Sulam Jembatan Raja Seberang Hanya Menghabiskan Anggaran

”Akhirnya saya setujui untuk berhenti kerja di kapal dan mulai kerja di Kantor PT Pelni. Semuanya saya mulai dari bawah lagi. Melaut selama 12 tahun sudah cukup dan fokus berkarier di kantor,” ujarnya.

Karier Antonius di darat diawali dengan menjadi senior staf di PT Pelni di Jakarta. Kariernya terus menanjak hingga dia dipercaya menjadi kepala cabang.

”Sebelum diamanahkan menjadi Kepala Cabang PT Pelni per 1 Februari 2021 lalu, saya bertugas di divisi pengamanan bersama dari militer, karena atasan saya dari angkatan laut,” ujarnya.

Selama sembilan tahun bekerja di darat, fokus di kantor, Antonius mengaku ada sedikit kerinduan berlayar. ”Tapi, semua keinginan itu terpenuhi kembali setelah saya menjadi Kepala Cabang PT Pelni Pangkalan Bun. Karena, setiap kali ada kapal datang, saya memantau kondisi di Pelabuhan Panglima Utar Kumai dan saya mengecek kapal,” katanya.

”Justru keinginan berlayar itu ingin lihat anjungan. Lihat kapal bermanuver. Kapal tiba dan akhirnya meninggalkan pelabuhan. Semuanya sudah terobati lagi selama di Kumai, karena saat di Jakarta tidak bisa karena fokus di kantor dan rumah,” katanya.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *