Catatan: Senjata Menggugat Penguasa

gunawan
Gunawan

Oleh: Gunawan (Pemimpin Redaksi Radar Sampit)

Masih segar dalam ingatan saya Radar Sampit terbitan 16 September 2019 silam. Kami hari itu menyajikan informasi disertai visual yang mungkin agak mengguncang pemerintahan.

Cover koran yang Anda baca ini, pada hari itu menampilkan ilustrasi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengenakan masker yang menutupi mata. Sebuah kreasi dan ekspresi yang mengingatkan pemerintah agar tak tutup mata soal tragedi.

September tahun itu boleh dibilang menjadi jejak kelam gagalnya kita, pemerintah terutama, mencegah bencana. Tragedi asap yang menyiksa, membuat ratusan ribu warga dipaksa menghirup udara amukan karhutla.

Kami menangkap kegelisahan publik kala itu, mendesak Presiden mengarahkan perhatian pada Kalteng yang dikepung asap. Kerisauan yang muncul karena pemerintah dianggap lebih memperhatikan Sumatra yang juga dilanda bencana serupa.

Terbitnya cover dengan judul berita menohok itu (”Omong Kosong Presiden”), rupanya sampai ke kalangan Istana. Musababnya, Rocky Gerung, tokoh publik yang masih populer hingga kini ikut memviralkannya. Jejak digital cover itu masih tersedia hingga kini.

Baca Juga :  Eks Terpidana Kasus Poligami Ajukan Peninjauan Kembali

Cover Radar Sampit saat itu jadi bahasan publik, terutama di jagat maya. Dampaknya agak merepotkan. Selain saya dihubungi wartawan media nasional untuk klarifikasi, seorang kawan juga menyampaikan, aparat penegak hukum juga berniat meminta keterangan. Demikian hebohnya.

Sehari sebelum saya yang disebut-sebut akan diminta keterangan oleh aparat itu, seorang petugas dari institusi negara yang terkait langsung dengan Presiden mendatangi saya. Malam selepas menunaikan tugas harian, petugas itu menyambangi kantor saya.

Panjang lebar dia menggali alasan dan latar belakang terbitnya edisi yang mengguncang. Terutama soal kemungkinan berita itu pesanan dan tunggangan lawan politik sang pemimpin yang tahun itu masih panas-panasnya.

Tanpa intimidasi, petugas itu akhirnya memahami sebab lahirnya kreasi. Dia bisa mengerti bahwa kami tengah menjalankan tugas jurnalistik untuk mengabdi. Penyajian ekspresi orang banyak yang mengharapkan bantuan dan perhatian layak.



Pos terkait