Cerita Kartini PLN, Penjaga Keandalan Layanan Listrik untuk Masyarakat

Rela Jauh Dari Keluarga Demi Terangnya Hari Raya

Alfia Estitika pln 1
Alfia Estitika, Srikandi PLN UID Kalselteng saat melakukan pengawasan pekerjaan lapangan bersama petugas Yantek

BANJARBARU, radarsampit.com –  Kumandang takbir terdengar dari segala penjuru kota, menandakan berakhirnya puasa ramadhan dan tibanya Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriyah.

Lumrahnya masyarakat akan memanfaatkan moment ini untuk melakukan perjalanan mudik, agar bisa merayakan hari raya besama keluarga tercinta.

Bacaan Lainnya

Namun hal ini tak berlaku bagi Alfia Estitika, Kartini PLN ini harus standby menjaga terangnya perayaan hari raya dengan memastikan pasokan listrik dalam kondisi andal.

Perempuan 30 tahun ini telah bertugas selama 8 tahun di PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (PLN UID Kalselteng).

Jauh dari sanak saudara yang berada di kota Jombang, Jawa Timur, menjadi tantangan tersendiri bagi Alfia untuk beradaptasi dengan kebudayaan yang berbeda dari daerah asalnya.

“Awalnya memang agak bingung karena perbedaan bahasa dan kultur, lagipula kerja di PLN yang banyak terkait teknik indentik dengan kaum laki-laki, jadi saya cukup minder,” cerita Alfia mengenang masa-masa saat pertama kali masuk PLN dan ditempatkan di wilayah kerja PLN UID Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah

Baca Juga :  Empat Ratusan Desa di Kalteng masih Gelap
pln 2
Srikandi PLN Siaga di SPKLU untuk kenyamanan Mudik Lebaran Idul Fitri 1445 H

Namun atas nilai-nilai sikap yang yang dimiliki oleh setiap insan pegawai PLN, dapat menghadirkan semangat kebersamaan dan kekeluargaan dalam menjalani tugas, termasuk sambutan yang sangat welcome terhadap pegawai perantauan sepertinya, membuat dirinya merasa tenang dan nyaman, walaupun jauh di kota orang.

Suatu ketika, Ia dan tim Pelayanan Teknik (yantek) pernah menghadapi gangguan di malam hari akibat cuaca buruk. Tidak hanya 1 titik gangguan, melainkan terdapat 5 penyulang yang terdampak.

Dalam proses penormalannya jelas menjadi tantangan tersendiri, tim harus mengupayakan kecepatan pekerjaan pemulihan namun tanpa mengabaikan faktor keselamatannya, baik pekerja maupun lingkungan masyarakat di sekitar lokasi gangguan.

“Ketika menghadapi gangguan tersebut, kebetulan saya ikut turun ke lapangan bersama tim yantek yang semuanya laki – laki, pengalaman menariknya adalah tanpa terbatas oleh gender, kita seperti terbakar semangatnya untuk segera menormalkan gangguan tersebut, agar listrik ke masyarakat bisa nyala kembali,” lanjutnya.



Pos terkait