PANGKALAN BUN, RadarSampit.com – Atraksi topeng monyet yang kembali marak akhir-akhir ini mendapat sorotan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah. Pertunjukan yang menjadikan monyet sebagai objek dianggap dapat berdampak negatif bagi manusia ataupun satwa.
Kepala KSDA SKW II Pangkalan Bun, Dendi Setiadi mengatakan, pertunjukan topeng monyet di lingkungan masyarakat dapat berdampak bagi kesehatan masyarakat, terutama ancaman terhadap zoonosis atau perpindahan penyakit dari satwa kepada manusia.
“Idealnya satwa liar hidup di habitatnya bukan untuk dieksploitasi walaupun jenis monyet ekor panjang yang belum dilindungi undang – undang,” tegasnya, Rabu (21/9).
Ia menegaskan monyet ekor panjang harusnya diperlakukan seperti satwa liar lainnya hidup bebas di alam dan berpasangan.
Selain itu mereka juga mengkhawatirkan bila pertunjukan topeng monyet dapat mencederai orang terutama anak-anak, dan pada saat pertunjukan juga ada penyiksaan kepada monyet ketika show, dan tidak ada prinsip-prinsip bagi kesejahteraan satwa (animal walfare).
Terkait dengan keberadaan pertunjukan topeng monyet di arena car free day seperti yang dilaporkan masyarakat, pihaknya akan menindaklanjuti hal tersebut.
Dijelaskannya bahwa menindaklanjuti arahan Direktur Jenderal KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah dikeluarkan surat edaran, pelarangan kegiatan topeng monyet, maka diharapkan kepada masyarakat untuk tidak memberikan imbalan terhadap kegiatan topeng monyet dan segera melaporkan kepada KSDA Kalteng.
“Kalau ada pertunjukan jangan diberikan imbalan, dan kalau ada indikasi satwa tersebut sakit, apalagi monyet yang merupakan satwa primata rawan terjadi penularan, semoga tidak terjadi,” harapnya. (tyo/sla)