Digelari Local Hero oleh Polres Kotim, Tak Kapok meski Sempat Mau Pingsan

Heriyanto, Sukarelawan yang Mengatur Lalu Lintas di Jalur Rawan Kecelakaan

heriyanto
IKHLAS MEMBANTU: Heriyanto rutin membantu mengatur arus lalu lintas di perempatan Jalan Tjilik Riwut-Wengga-Hasan Mansur, Senin (3/4). (HENY/RADAR SAMPIT)

Perempatan Jalan Tjilik Riwut-Wengga-Hasan Mansur termasuk salah satu jalur padat pengendara dan rawan terjadinya kecelakaan. Hal itu menggerakkan hati seorang pria paruh baya turun langsung membantu mengatur lalu lintas.

HENY-radarsampit.com, Sampit

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

Suara peluit terdengar berkali-kali di perempatan Jalan Tjilik Riwut-Wengga-Hasan Mansur. Sumber suara itu berasal dari sosok laki-laki paruh baya mengenakan rompi hijau neon. Setiap hari dia sibuk mondar-mandir mengatur padatnya lalu lintas di titik tersebut.

Pria itu bukan anggota polisi. Bukan pula juru parkir. Namanya Heriyanto, ayah yang kini hidup bersama empat anaknya, setelah lima tahun sang istri meninggal dunia. Di usianya yang menginjak 55 tahun, Heriyanto hidup bersama putranya di Jalan Wengga Agung 11. Dia juga memiliki 10 cucu dari anak-anaknya.

Setiap pukul 12.00-15.00 WIB, Heriyanto berangkat menggunakan motor matik hijau menuju tempat tugasnya; perempatan Jalan Tjilik Riwut-Wengga-Hasan Mansur. Salah satu titik ruas jalan yang dikenal rawan kecelakaan. Setiap hari diperkirakan ada ribuan pengendara motor, mobil, truk, dan angkutan berat lainnya melintas.

Baca Juga :  Halikinnor-Irawati Bawa Pemkab Kotim Raih 40 Penghargaan Sepanjang 2023

Ruas tersebut menjadi akses utama menuju arah Kota Palangka Raya dan favorit masyarakat Sampit menikmati waktu sore hingga malam menuju Terowongon Nur Mentaya.

Sejak diresmikan Bupati Kotim Halikinnor pada 10 Desember 2022 lalu, jalanan di titik itu semakin padat dilintasi pengendara. Sebagian besar masyarakat Sampit yang ingin menuju Terowongan Nur Mentaya untuk sekadar nongkrong sambil menikmati jajanan kuliner yang dijual pedagang kaki lima di pinggiran Jalan Tjilik Riwut, kawasan Terowongan Nur Mentaya.

Semakin ramainya arus lalu lintas di titik itu, ditambah belum tersedianya traffic light di perempatan tersebut, membuat Heriyanto tergerak hati membantu pengendara yang lewat agar dapat melintas dengan aman dan lancar.

Semua itu dia lakukan atas kesadaran sendiri. Tak ada paksaan. Tak ada pula yang menyuruh. Setiap siang, ketika matahari berada di ubun-ubun, Heriyanto memilih mengatur lalu lintas. Bahkan, dalam kondisi sedang berpuasa, ia tetap menggerakkan kakinya membantu pengendara yang melewati jalurnya ”bertugas”.



Pos terkait