”Saat saya keluar, api keluar dari jendela barakan (kos). Kemudian saya ambil anak saya dan berlari. Ketika saya teriak, baru warga keluar dari rumah masing-masing,” ujarnya sambil terisak.
Malam itu, bagi Witri, dunia seperti mau kiamat. Rumah satu-satunya tempat ia tinggal telah menjadi puing. Tak lagi bersisa.
Bukan hanya Witri. Ada sebanyak 17 kepala keluarga (KK) lainnya yang juga kehilangan tempat tinggal. Total ada sebelas rumah, 3 kos, 18 KK, dan 59 jiwa yang kehilangan tempat tinggal. Termasuk rumah ketua RT setempat.
Para korban kebakaran kini berada di penampungan yang dipusatkan di salah satu sekolah TK, tidak jauh dari lokasi kebakaran. Ada juga yang menumpang di rumah keluarganya. Mereka memerlukan uluran tangan. Bukan hanya makanan, tetapi juga pakaian, selimut, dan berbagai kebutuhan lainnya. (***/ign)