Duka Kalteng untuk Kanjuruhan, Desak Usut Tuntas, Jangan sampai Stadion Jadi Kuburan

tragedi kanjuruhan
BERUJUNG TRAGEDI: Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10). (ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO/TOM)

PALANGKA RAYA, RadarSampit.com – Duka terhadap tragedi kemanusiaan yang menelan ratusan jiwa di Stadion Kanjuruhan, Kota Malang, Jawa Timur, juga dirasakan masyarakat Kalimantan Tengah. Ucapan duka mengalir melalui media sosial. Publik sepak bola Kalteng berharap peristiwa kelam itu tak terulang di semua stadion maupun laga di semua tingkatan.

Sekretaris Umum PSSI Kalteng Sigit Widodo mengatakan, pihaknya ikut berduka mendalam terhadap seluruh keluarga korban. ”Kami berduka. Ini tragedi kedua terburuk di dunia sepak bola. Banyak menelan korban jiwa,” katanya, Minggu (2/10).

Bacaan Lainnya

Sigit menuturkan, Asprov PSSI Kalteng mendesak kasus itu diusut tuntas. Pihak terkait perlu menelusuri penyebabnya hingga bisa terjadi sampai menimbulkan korban jiwa.

”Kita trauma sudah dengan peristiwa-peristiwa yang berlalu. Ini korbannya ratusan. Memilukan. Tidak hanya bagi warga Jatim, tetapi juga bagi masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Maka itu harus diusut tuntas,” katanya.

Baca Juga :  Pemudik di Pelabuhan Sampit Capai 7.319 Orang, Diperkirakan Ada Pemudik Susulan

Sigit menuturkan, peristiwa itu perlahan bisa hilang dan pendukung akan kembali berbondong-bondong ke stadion. Akan tetapi, keluarga korban seumur hidup akan terus mengingatnya. Bahkan, bisa jadi membenci sepak bola yang telah merenggut darah dagingnya. Hal itu harus jadi perhatian serius agar masyarakat semakin bijak dalam menyikapi dunia sepak bola.

”Jika liga dihentikan, itu tidak menjadi masalah agar ada efek jera. Regulasi jelas dan tegas, serta tidak ada kompromi untuk keselamatan bersama. Apalagi korban ada anak berusia dua tahun, ibu-ibu, dan anak di bawah umur,” katanya.

Sigit melanjutkan, para pencinta sepak bola hanya ingin menyaksikan timnya berlaga, bukan menjadi korban hingga harus kehilangan nyawa. Karena itu, stadion harus ramah terhadap, baik terhadap anak maupun penonton lainnya. Pasalnya, sejatinya sepak bola merupakan tontonan bagi masyarakat.

”Jangan sampai tragedi terulang kembali. Jangan sampai ada lagi stadion menjadi kuburan bagi pendukung sepak bola,” tegasnya.

Die menambahkan, tragedi Kanjuruhan harus menjadi bahan evaluasi penentu kebijakan. Termasuk dalam pemberian edukasi terhadap para suporter sepak bola Indonesia.



Pos terkait