Hampir 24 Jam Kegiatan Santri Diisi Ibadah dan Kegiatan Bermanfaat

Melihat Aktivitas Pondok Pesantren selama Ramadan (5)

pondok pesantren
ILUSTRASI PENGAJIAN: Para santri mengisi kegiatan dengan melakukan pengajian dibimbing seorang ustaz. (ISTIMEWA/RADAR SAMPIT)

Selepas itu, santri yang ingin mengikuti ekstrakurikuler dipersilakan mengikuti, sementara bagi yang tidak, bisa diisi dengan belajar atau mencuci pakaian dan kegiatan bermanfaat lainnya.

”Kalau untuk ekstrakurikuler di sini ada, sepakbola, pramuka, habsyi, dan taekwondo,” tambahnya.

Bacaan Lainnya

Usai aktivitas tersebut, pada pukul 16.30 WIB, para santri wajib sudah berada di musala, membaca Juz Amma bersama-sama. Sampai tiba waktunya ibadah salat Maghrib. Setelah salat berjemaah, bisa dilakukan ta’alim dari pimpinan pondok atau masuk kelas masing-masing.

Ibadah selanjutnya salat Isya berjemaah di musala. Dilanjutkan sembahyang hajat berjemaah dan membaca ratib alattos. Setelah itu pembagian kosa kata bahasa Arab. Dilanjutkan makan malam selama setengah jam.

”Setelah itu dilanjutkan mutolaah pelajaran masing-masing yang dibimbing guru pengajarnya sampai pukul 21.00 WIB,” imbuhnya.

Selepas itu, santri persilakan belanja di kantin atau keperluan lainnya sampai pukul 21.30 WIB. Kegiatan ini berakhir pukul 22.00 WIB. ”Setelah itu semua santri wajib tidur,” ucapnya.

Baca Juga :  Pondok Pesantren Iqro Didik 12 Anak Jadi Hafiz Quran

Selain kegiatan rutin harian, pondok juga menggelar acara tahunan, seperti Haul Almarhum Guru Chairul, peringatan hari besar seperti Maulid Nabi, Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, peringatan hari santri dan ulang tahun Pondok Pesantren AL-Marhamah.

Pendidikan di pondok tentu tak lepas dari penerapan disiplin ketat bagi setiap santrinya. Abdul Rahman menuturkan, untuk santri baru, satu bulan pertama tidak ada penerapan hukuman bagi mereka. Jika melakukan kesalahan, santri baru hanya ditegur.

Menurutnya, mendidik para santri dengan berbagai karakteristik bukan hal mudah. Belum lagi pada awal-awal masuk, santri baru umumnya masih beradaptasi. Bahkan, walaupun usia sudah beranjak remaja, mereka bisa menangis meminta pulang.

”Mengatasi santri baru yang seperti itu biasanya kami lakukan pendekatan, memanggil mereka satu per satu, kami tanya-tanya. Contoh masalah yang membuatnya sumpek dan lain-lain. Yang menanyakan bisa wali atau ustaz yang ada di kamarnya,” ujarnya. (***/ign)



Pos terkait