Persoalan menurunnya kunjungan pesawat dan penumpang dipengaruhi karena masih belum memadainya landasan pacu (runway) yang belum menjadi masalah krusial yang dihadapi saat ini. Pasalnya, landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit yang ada saat ini hanya dapat diakses oleh pesawat dengan type 737 500 atau type ATR 72-500.
“Informasi dari Kemenhub, pesawat type 737-500 dan ATR itu sangat terbatas, jumlahnya hanya tersisa tiga unit. Sementara yang tersedia pasaran itu type pesawat 737-800 dan Air Bus 320 dan pesawat dengan type ini tidak bisa mendarat di Bandara Haji Asan Sampit karena landasan pacu bandara belum memadai untuk pesawat besar,” kata Rody Kamislam, Plt Kadishub Kotim.
Menyikapi masalah ini, Pemkab Kotim masih berupaya mewujudkan pengembangan landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit dengan melakukan upaya perluasan landasan pacu dari panjang semula 2.060 meter menjadi 2.260 meter dan pelebaran 30 meter menjadi 45 meter.
Bupati Kotim Halikinnor juga telah beberapa kali menghadap Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan membahas hal tersebut.
Terakhir, pada 10 Juni 2024 lalu, Bupati Kotim menandatangani kesepakatan dengan Dirjen Perhubungan terkait hibah tanah untuk perpanjangan runway dan dalam kesepakatan itu pengembangan bandara akan dilakukan bertahap selama 2024-2027.
“Setelah melakukan pembebasan lahan untuk perpanjangan runway, Pemkab Kotim masih berupaya merelokasi gedung Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) karena posisinya sudah tidak strategis dan dapat menyebabkan kecelakaan apabila dilakukan manuver dari pesawat berukuran besar, sehingga rencana relokasi masih terus diupayakan,” ujar Rody Kamislam.
Terkait pembebasan lahan untuk perluasan landasan pacu bandara, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kotim Alang Arianto mengatakan bahwa Pemkab Kotim telah menganggarkan dana Rp 11 miliar untuk mngganti rugi lahan masyarakat seluas 8 hektare.
“Pembebasan lahan untuk perpanjangan runway seluas 8 Ha itu sudah dibayarkan Rp 11 miliar. 5 hektare sudah ada sertifikatnya dan 3 hektarenya masih berproses,” kata Alang Arianto, Rabu (24/7/2024).