Ke Padepokan Anti Galau Ujang Bustomi, Rujukan Timses dan Caleg yang Gagal

Yang Datang lalu Omong Ngelantur Pasti karena Gagal di Pemilu  

boks
PROSES PENGOBATAN: Ujang Bustomi melayani pasien di Padepokkan Anti Galau di Desa Sinarrancang, Kabupaten Cirebon (25/2/2024). (HILMI SETIAWAN/JAWA POS)

Hingga saat ini belum ada yang sampai kategori gangguan mental berat. Umumnya para timses dan caleg yang datang mengeluh sulit tidur karena dihantui kecemasan berlebih.

Bagi timses, dia merasa cemas karena dikejar-kejar calegnya. Apalagi sudah diserahi uang yang begitu besar dari si caleg. Mereka khawatir uangnya diambil lagi atau bahkan dilaporkan ke polisi. Harapannya dapat suara tinggi, tetapi ternyata zonk.

Bacaan Lainnya

Ujang menyebut untuk kondisi serangan mental yang agak berat, biasanya pasien datang dengan meracau. ”Ada juga yang datang hanya pakai celana dalam,” katanya.

Untuk menghadapi orang-orang yang terkena serangan mental itu, disesuaikan dengan tingkat keparahannya. Terapinya, kata Ujang, tidak terlalu rumit. Untuk yang kategori serangan mental ringan, cukup diajak ngobrol.

Sembari berbincang, Ujang biasanya menyisipkan nasihat. Khususnya mengingatkan niat untuk menjadi caleg harus ditata. Sehingga harus siap kalah atau siap menang.

Baca Juga :  Laporan KDRT di Kotim Menurun, Penyebabnya Diduga gara-gara Ini

”Kalau dinasihati belum mempan, digunakan metode atau proses rukyah,” paparnya.

Adakalanya ketika sudah dirukyah, pasiennya tetap belum sembuh. Cara terakhir adalah dimandikan.

Ujang mengatakan, pada prinsipnya orang yang stres atau depresi itu otot-otot di bagian belakang tengah mengeras. Dengan dimandikan, otot tersebut menjadi lebih rileks.

Bagi dia, rutin mandi malam lebih ampuh menghilangkan stres dibandingkan mengonsumsi obat-obatan. Bagi orang-orang yang depresi atau terkena mental, bisa tidur dengan normal sudah cukup baik

Berdasar pengalamannya menangani pasien, Ujang mengingatkan yang mau terjun ke politik harus bisa menjaga niat. Jika niat awalnya sudah baik, hasilnya akan baik.

Walaupun kalah atau tidak terpilih, tidak sampai berujung depresi.

Sebaliknya, jika niatnya sudah tidak baik, hasilnya juga tidak baik. Misalnya, ingin maju sebagai calon rakyat dengan tujuan mendapatkan proyek-proyek uang negara. Kemudian sampai nekat menjual harta untuk modal.

Kalau niatnya demikian, ketika yang bersangkutan kalah, akan memengaruhi mental. Apalagi jika harta bendanya sudah habis terjual untuk ongkos politik.



Pos terkait