SAMPIT, radarsampit.com – Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) digempur 17 kasus kebakaran hutan dan lahan selama berlakunya status siaga karhutla. Amuk api tersebut terjadi di sejumlah titik berbeda dengan luasan lahan totalnya mencapai sekitar 20 hektare.
”Kasus kebakaran ini terhitung sejak 24 Mei 2023 sampai 22 Juni ini,” kata Multazam, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, usai apel siaga karhutla di halaman Kantor BPBD Kotim Jalan Jenderal Sudirman, Kamis (22/6).
Gelar apel siaga dan pengecekan peralatan di Kantor BPBD Kotim itu dipimpin Letkol Inf Muhammad Tandri Subrata, Komandan Kodim 1015 Sampit. Juga dihadiri Wakil Bupati Kotim Irawati dan sejumlah pejabat lainnya.
Usai apel, sejumlah personel BPBD, Dinas Pemadaman Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kotim, dan Relawan Kebakaran Ketapi melakukan simulasi pemadaman kebakaran di lahan depan TK dan KB Ash Shiddiq, Jalan Sawit Raya-Jalan Jenderal Sudirman. Aksi itu disaksikan langsung sejumlah pejabat di Kantor BPPBD Kotim.
Lebih lanjut Multazam mengatakan, berbagai kesiapan telah dilakukan, di antaranya memastikan peralatan pemadaman kebakaran sudah siap 90 persen. ”Ada 10 persen saja peralatan yang perlu perbaikan. Semua peralatan sudah disiagakan, sehingga apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran, bisa cepat tertangani,” katanya.
Multazam berharap musim kemarau tak menimbulkan potensi kebakaran lahan parah seperti tahun 2015 dan 2019 lalu. Meski demikian, BMKG telah mengeluarkan peringatan bahwa wilayah Kalteng sudah berwarna merah, yang artinya lahan gambut berpotensi mudah terbakar.
”Kami berharap musim kemarau ini tak menimbulkan kasus kebakaran lahan meningkat. Karena itu, peran serta masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Kami juga meminta damang kepala adat untuk ikut mengimbau warga, khususnya petani tidak membakar lahan dengan sengaja,” ujarnya.
”Kami juga mengingatkan kepada masyarakat jangan sembrono bercocok tanam. Kebakaran lahan yang dibakar dengan sengaja dapat berakibat fatal bagi masyarakat sekitar, termasuk masyarakat secara luas dan tentunya pemerintah daerah. Pencegahan karhutla harus terus dilakukan,” katanya.