Mengenal Sekolah Adat Basangiang Di Kotawaringin Barat

Tak Ingin Adat Budaya Punah, Rela Rogoh Kocek Demi Bangun Sekolah Adat

Mengenal Sekolah Adat Basangiang Di Kotawaringin Barat
SEKOLAH ADAT: Sekolah Adat Basangiang di Kelurahan Baru, RT 33 Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kobar tepat di pinggir Jalan Trans Kalimantan Pangkalan Bun – Sampit. (ISTIMEWA/RADAR SAMPIT)

Tidak hanya itu banyak pelajaran lainnya seperti Hukum Adat, pelajaran ini khusus untuk yang dewasa.

“Kurikulum ini kita gali dari sumber asli tetua-tetua yang mengerti betul adat budaya Dayak Tomun sehingga keasliannya bisa dipertanggung jawabkan dan tidak dibuat-buat,” jelasnya.

Dari sekian pelajaran itu masih ada lagi, seperti Kerajinan, pelajaran tentang permainan rakyat dan lain sebagainya. Ia bersama tim yang ada bertekad ingin memajukan sekolah adat tersebut agar bisa menjadi pondasi untuk mempertahankan eksistensi adat budaya masyarakat Dayak sehingga tidak dilupakan generasi ditengah perkembangan zaman yang terus melaju kencang.

Meski telah berjalan, Martin menyebut bahwa semuanya bukan berarti tanpa kendala, kerap kali ketika ingin menjalankan program atau kegiatan, pendanaan menjadi pokok persoalan. Diakui Martin, pihaknya belum pernah mengajukan bantuan kepada pemerintah secara tertulis, tetapi secara komunikasi sudah pernah dilakukan meski belum ada respon.

“Kami tidak menutup diri, jika memang ada yang ingin ikut berpartisipasi tentu kami terima, harapan kami juga ada peran pemerintah sehingga sekolah adat ini bisa lebih berkembang. Dalam kondisi apapun kami tetap jaga komitmen mewujudkan cita-cita yang luhur ini,” tuturnya.

Baca Juga :  Jadi Lautan Lumpur, Jalur Pangkalan Bun Kolam Nyaris Lumpuh

Disinggung soal siapa saja yang boleh ikut sekolah tersebut, ternyata tidak hanya khusus masyarakat suku Dayak tetapi warga suku lain juga boleh ikut belajar. “Ada juga kok yang dari suku Jawa ikut belajar, sebagai pengetahuan, kita persilakan karena kami tidak menutup diri justru ingin menunjukkan bahwa masyarakat Dayak itu bisa hidup berdampingan dengan suku manapun,” bebernya.

Sedangkan guru yang mengajar juga diambil dari komunitas adat Dayak Tomun yang mengerti tentang mata pelajaran yang diajarkan. “Proses belajar mengajar ini gratis karena berangkat dari keikhlasan hati dengan niat ingin mempertahankan serta melestarikan adat budaya masyarakat Dayak Tomun di Pangkalan Bun Kabupaten Kobar,” jelasnya.

Selain aktif di sekolah adat, dalam kesehariannya Martin Kungkung lebih banyak di workshop pembuatan kerajinan souvenir khas Kalimantan. Kegiatan itu juga masih ada kaitannya dengan sekolah adat dan juga sebagai upaya mengenalkan souvenir-souvenir ciri khas Dayak ke khalayak umum.



Pos terkait