Obati Rasa Kangen Akan Jajanan Pasar 

Mengenal Mbah Kuati, 38 Tahun Jualan Cenil dan Getuk

Cenil dan Getuk,Pangkalan Bun
Mbah Kuati atau yang akrab disapa Mbah Cenil saat berjualan cenil dan getuk di komplek makan Sekip Pangkalan Bun beberapa hari lalu. (istimewa)

Di usia yang tidak lagi muda, Mbah Kuati masih tetap berjualan Cenil dan Getuk. Hasilnya tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup. Alasan lain tetap berjualan cenil karena untuk mengobati warga yang kangen jajanan pasar.

RINDUWAN, Pangkalan Bun

Terik mentari kian menyengat, namun semangat Mbah Kuati untuk tetap berjualan tidak pudar. Nenek ini masih menunggu calon pembeli menghampiri lapaknya di komplek Makam Sekip, Kelurahan Sidorejo, Kota Pangkalan Bun.

Dua wadah dari anyaman bambu untuk tempat cenil dan getuk tertutup rapi untuk menghindari serbuan lalat dan serangga, hingga debu jalanan. Senyum selalu mengembang saat disusul sapa ramah saat pembeli datang. “Tumbas pinten tum (beli berapa bungkus),” tanya Mbah Kuati. “Sebungkusnya cuma lima ribu rupiah saja, murah meriah mas,” lanjutnya.

Usai pembeli menyebutkan jumlah cenil yang diinginkan. Dengan terampil, tangan Mbah Kuati langsung menyiapkan semuanya termasuk menyiapkan daun pisang sebagai pembungkusnya. Ia mengambil dua lembar daun pisang, memotong sejumlah bahan campuran cenil. Terdiri dari ketan putih, ketan hitam, getuk, lupis, gendar, cenil, dan bongkok.

Baca Juga :  Ketika Kementerian Lakukan Uji Petik di Mal Pelayanan Publik Sampit

Terakhir ditaburi kelapa parut dan disiram gula merah cair. Selanjutnya daun pisang di tutup dan dieratkan menggunakan lidi. “Biasanya kalau di tempat lain, campuran cenil tidak ada yang gunakan bongkok. Kalau ditempat saya ada. Ini bedanya cenil khas Jawa Timur khususnya dari tempat saya Lamongan,” terangnya.

Menurutnya banyak orang Pangkalan Bun yang masih mencari jajanan pasar ini. Bahkan di pasar juga sudah jarang dijumpai cenil dan getuk. “Memang tidak lagi jualan di pasar. Jadi ya pindah-pindah jualannya,” ujar perempuan yang usianya telah lewat setengah abad ini.

Mbah Kuati berjualan terkadang di komplek makam Sekip dan di hari tertentu di depan Pangkalan Bun Park. Nenek empat cucu ini, dalam sehari bisa mendapatkan hasil hingga Rp 500 hingga Rp 700 ribu. Bahkan jika habis bisa menghasilkan sampai Rp 1 jutaan. “Kalau dulu sering habis bisa sampai Rp 1 jutaan. Sekarang jarang, dapat Rp 500 ribu sudah bersyukur,” ujarnya.



Pos terkait