Obati Rasa Kangen Akan Jajanan Pasar 

Mengenal Mbah Kuati, 38 Tahun Jualan Cenil dan Getuk

Cenil dan Getuk,Pangkalan Bun
Mbah Kuati atau yang akrab disapa Mbah Cenil saat berjualan cenil dan getuk di komplek makan Sekip Pangkalan Bun beberapa hari lalu. (istimewa)

Saat ditanya telah berapa lama berjualan,  Mbah Kuati menghitungnya.Berjualan cenil ini sudah puluhan tahun, sejak pertama pindah dari Lamongan ke Pangkalan Bun yakni pada tahun 1984. “Jadi sudah 38 tahun, tapi Alhamdulillah sampai sekarang masih banyak yang suka,” katanya.

Mbah Kuati juga menceritakan masa sulitnya dulu yang baru pertama kali merantau. Ia bersama keluarga saat itu tidak punya keahlian khusus. Satu-satunya keahlian hanya jualan cenil seperti yang dilakukan di Lamongan. Ia juga ketakutan apakah jualannya akan laku atau tidak. “Namun saat jualan justru diterima baik. Karena disini banyak orang Jawa dan sampai sekarang terus bertambah orang Jawa di Pangkalan Bun,” terangnya.

Bergantinya tahun tak membuat peminat cenil berkurang, hasil dagangannya mampu mencukupi kebutuhan hidup dan sekolah anak-anaknya. Sekarang semua keturunannya telah berkeluarga, namun dirinya tetap setia berjualan cenil.

“Sebenarnya bukan cuma untuk mencari penghasilan saja. Tapi saya jualan ini untuk mengobati orang jawa yang suka jajanan pasar selama di perantauan bahkan ada yang sudah pindah sekalipun,” bebernya.

Baca Juga :  Maskapai Diminta Buka Layanan Kargo, Sugianto Usulkan Peningkatan Bandara

Karena lamanya berjualan cenil, banyak yang memanggil Kuati dengan sebutan Ibu Cenil dan sampai sekarang menjadi Mbah Cenil. Hal itu yang membuatnya semangat berjualan dan mempertahankan rasa.

“Saya sampai tertawa saat orang-orang menyebut saya Mbah Cenil. Padahal nama saya Kuati dan banyak yang tidak tahu. Tapi syukur Alhamdulillah masih banyak orang yang beli cenil saya, bukan karena kasihan tapi karena rasa cenil yang tidak berubah,” pungkasnya sambil senyum. (*/sla)

 

 



Pos terkait