Pasar PPM Sampit Ditinggalkan Pedagang, Apa Penyebabnya?

pasar ppm sampit
LESU: Aktivitas jual beli di pasar PPM mulai lesu, tak sedikit pedagang yang terpaksa menutup kiosnya karena sepi pembeli, Sabtu (10/6). (Yuni/Radar Sampit)

“Di sini dulu satu-satunya pasar besar di Kota Sampit, semua kebutuhan lengkap ada di PPM. Makanya dulu PPM sangat ramai, karena tidak hanya warga dalam kota tapi yang dari luar Kota Sampit, dari kebun belanjanya di sini,” sebutnya.

Sampai saat ini Sulaiman masih bertahan, meski teman seangkatanmya yang sama-sama berjualan di lokasi tersebut memilih menutup kios sebelum pandemi melanda. Di dekat kios milik Sulaiman juga terdapat banyak kios yang telah tutup bertahun-tahun
“Ya seperti ini kondisinya, sudah banyak yang tutup,” imbuhnya.

Bacaan Lainnya

Sejak tahun 1992 Sulaiman sudah berjualan di kawasan tersebut, sejak PPM masih merupakan kawasan Pasar Inpres. Dulunya, kawasan tersebut merupakan pusat ekonomi di Sampit, karena aktivitas jual beli cukup tinggi.

Sulaiman mencoba untuk tetap bertahan walaupun omzetnya sekarang anjlok dibanding beberapa tahun lalu.”Sekarang buka dari pagi sampai sore, paling hanya ada satu atau dua orang pembeli. Pernah juga tidak ada yang beli sama sekali. Mau gimana lagi begini kondisinya,” sebutnya.

Baca Juga :  Sudah Dilarang, Truk Kayu Log dan Batu Bara Tetap Melintas Jalur Palangka - Kuala Kurun

Sekitar tahun 2017, tantangan pedagang di PPM Sampit semakin berat karena bermunculan toko-toko serba murah dan toko online.

“Tahun 2017 sebelum ada pandemi itu sudah sepi, sudah banyak yang tutup. Salah satunya karena banyaknya toko serba murah yang muncul. Biasanya mereka mematok satu harga untuk semua jenis barang. Sedangkan kami tidak bisa seperti itu. Satu daster, mereka jualnya Rp 35 ribu. Sedangkan modal kami untuk satu daster saja itu sudah Rp 75 ribu. Yang jelas dari segi kualitas berbeda, tapi kebanyakan pembeli sekarang lebih suka cari yang murah, dari pada kualitas,” ungkapnya.

Cobaan mereka dalam mengais rezeki semakin diuji dengan adanya pandemi Covid-19 yang bahkan berdampak hampir di semua sektor usaha.

Sulaiman tidak mengetahui sampai kapan dia bisa bertahan dengan kondisi usahanya yang sepi pembeli. Tidak menutup kemungkinan dirinya juga ingin mencoba melebarkan usaha dengan berjualan online, ngikuti perkembangan zaman yang terjadi saat ini.
“Mungkin nanti mau coba jualan online. Sekarang masyarakat kayanya lebih suka belanja online karena lebih mudah,” tutupnya. (yn/yit)



Pos terkait