Sarifuddin menegaskan, perbuatan itu sangat dibenci agama. ”Kami sangat membenci perilaku dan perbuatannya (LGBT), tetapi tidak membenci mereka, karena mereka saudara kita sesama manusia. Yang perlu dilakukan adalah pelan-pelan menyadarkan dan mengembalikannya ke jalan yang lurus,” ujarnya.
Dia meminta aparat berwenang bertindak tegas dan menegakkan hukum seadil-adilnya. Pasalnya, apabila keberadaan LGBT dibiarkan, dapat mengundang murka Allah SWT.
”Dampak dari perbuatan LGBT itu akan mengundang musibah dan mengundang murka Allah. Contohnya yang terjadi pada umat-umat terdahulu yang mendapatkan azab dari Allah SWT. Jadi saya minta kepada aparat harus bertindak tegas, tegakkan hukum seadil-adilnya,” ujarnya.
Sarifuddin mengajak para tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk menyerukan kebaikan. ”Mari kita sama-sama menyadarkan mereka (LGBT). Membimbingnya, menasihatinya agar kembali ke jalan yang lurus sesuai kodratnya sebagai manusia,” ujarnya.
Terpisah, Ustaz Ahmad Royyan Zuhdi Abrar mengatakan, keberadaan LGBT sudah sering dilihat. ”Masalah ini sudah sering kita lihat dan temukan. Mereka biasa kita lihat nongkrong di sekitaran gedung KNPI (Jalan Ahmad Yani) Kotim. Masyarakat menganggap itu hal yang biasa, karena kita terbiasa melihatnya. Padahal perbuatannya sudah salah dan dilarang dalam Islam. Mereka sudah mengubah bentuk ciptaan Allah. Yang laki-laki jadi perempuan, yang perempuan jadi laki-laki. Berbicara dilembut-lembutkan. Perawakannya laki-laki, tetapi berperilaku gemulai seperti perempuan. Ini sudah salah dan tidak dibenarkan,” ujar ustaz yang juga Pengurus Pondok Pesantren Darul Amin Sampit ini.
Dia mengimbau masyarakat, khususnya orang tua agar tak membiasakan anak-anaknya menonton, apalagi hidup di lingkaran pertemanan yang mengarah ke LGBT. ”Berkumpullah dan bersosialisasilah dengan lingkungan yang positif yang dapat memberikan kita kehidupan yang baik dan lurus di jalannya Allah SWT. Mereka yang berperilaku LGBT sudah jelas tidak menerima takdir Tuhan. Manusia sudah diciptakan Allah SWT hidup berpasang-pasangan. Perempuan bersanding dengan laki-laki dan sebaliknya, bukan hidup sesama jenis yang tidak membawa kebaikan dan keberkahan dalam hidupnya,” ujarnya. (hgn/ign)