Semakin Produktif saat Pandemi Berkat Electrifying Agriculture

PETANI HIDROPONIK SAMPIT
HIDROPONIK: Para Petani Hidroponik di Kota Sampit, Kalimantan Tengah. (HERU PRAYITNO/RADAR SAMPIT)

Dengan bertani secara hidroponik, kata Teguh, bertanam sayur jauh lebih mudah dan asyik. Gawean terberatnya cuma menyemai bibit dan memindahkan semaian ke instalasi. Selebihnya tinggal menunggu panen.

”Jadi tidak perlu mengupah orang karena tidak banyak yang dikerjakan. Hanya menyemai bibit dan memindahkan semaian. Tidak perlu menyiram tanaman, tidak perlu menyiangi rumput,” kata Teguh.

Bacaan Lainnya

Pengalaman serupa juga diutarakan Mansyah, warga Jalan Barito, Sampit. Pria yang bekerja sebagai sopir truk lintas provinsi ini merambah usaha hidroponik di awal pandemi Covid-19. Dia memiliki instalasi hidroponik dengan 3.000 titik tanam. Sebagai penggerak sirkulasi air, disematkan enam pompa air berkekuatan 45 watt. Biaya yang dikeluarkan untuk biaya listrik Rp 280 ribu per bulan. Sementara omset bisa mencapai 7,5 juta per bulan.

”Kuncinya ada pada listrik. Air pupuk dari tandon dialirkan ke pipa, lalu kembali lagi ke tandon. Begitu seterusnya sampai tanaman panen. Meski ditinggal kerja ke luar kota tiga sampai empat hari, sayur tetap tumbuh subur,” ujar Mansyah yang sudah dua tahun menekuni hidroponik.

Baca Juga :  Sapi Tertular PMK Masih Bisa Dikonsumsi, Ini Syaratnya

Tak ketinggalan Susilo Adi yang berprofesi sebagai guru. Dia bertani hidroponik berkapasitas 1.500 titik tanam dengan omset Rp 3,75 juta per bulan. Biaya produksi hanya 25 persen dari omset, salah satunya biaya listrik yang tak sampai Rp 100 ribu.

”Bandingkan kalau kami mengupah orang untuk menyiram, memupuk, dan membersihkan rumput. Pasti biaya produksi lebih besar. Dengan memanfaatkan listrik, kami bisa lebih efisien. Secara kualitas maupun kuantitas hasil panen, juga lebih baik ketimbang pertanian konvensional,” ujar Susilo.

Agriculture Electrifying hidroponik PLN,hidroponik,Electrifying Agriculture,hidroponik nft,hidroponik selada,radar sampit,monica radar sampit,listrik
SIAP PANEN: Konsumen sedang memilih selada di kebun hidroponik milik Teguh Prihantoro di Jalan Melon Sampit, baru baru ini. (HERU PRAYITNO/RADAR SAMPIT)

Kini, ada lebih dari 30 pegiat hidroponik yang tergabung dalam Petani Hidroponik Sampit (PHS) dengan kapasitas 40.000 titik tanam. Hasil produksinya bisa mencapai 8 ton per bulan dengan perputaran uang diperkirakan mencapai Rp 100 juta per bulan.



Pos terkait