Semakin Produktif saat Pandemi Berkat Electrifying Agriculture

PETANI HIDROPONIK SAMPIT
HIDROPONIK: Para Petani Hidroponik di Kota Sampit, Kalimantan Tengah. (HERU PRAYITNO/RADAR SAMPIT)

Pembina Petani Hidroponik Sampit (PHS) Amiruddin mengatakan, hidroponik pada prisipnya adalah menanam tanpa menggunakan media tanah. Jadi pertanian hidroponik tak terpengaruh pada tingkat kesuburan tanah, karena pupuknya sudah disiapkan selengkap mungkin sesuai yang kebutuhan  tanaman. Hidroponik juga tidak terlalu bergantung pada alam, tapi tergantung dengan listrik.

”Listrik menjadi sumber penggerak utama bisnis agrikultur modern seperti hidroponik. Tanpa listrik, usaha hidroponik tidak bisa dijalankan. Sebab, seluruh aktivitas di kebun hidroponik ditunjang oleh listrik, mulai dari pompa air, aerator sebagai penyalur oksigen, hingga penerangan,” kata Amiruddin.

Bacaan Lainnya

Dia mengungkapkan bahwa banyaknya pegiat hidroponik di Sampit ini tak lepas dari penerapan work from home saat awal pandemi Covid-19. Banyak yang jenuh beraktivitas di rumah sehingga sebagian orang mencari hiburan dengan membuat kebun hidroponik.

Baca Juga :  Pemkab Kotim Dukung Usaha Perumahan, Bantu Penyediaan Sandang Warga

”Jadi awalnya memang sekadar untuk mengisi waktu luang dan menghilangkan kejenuhan,” ujar Amiruddin.

Seiring waktu berjalan, kebun hidroponik skala rumahan ini justru memberikan dampak positif. Selain bisa memenuhi kebutuhan sayur sehari-hari bagi keluarga, juga bisa dijual. Mereka yang tergabung dalam Komunitas Petani Hidroponik Sampit memasok sayur ke restoran, hotel, warung sembako, Hypermart, hingga perkebunan kelapa sawit.

”Petani yang sudah memiliki banyak pelanggan, membantu menyerap hasil panen anggota komunitas yang belum punya pelanggan. Sesama petani tidak saling menjatuhkan, tapi justru bersinergi, saling membantu, demi kemajuan bersama,” ucap Amiruddin.

Keberadaan petani hidroponik juga mampu menjaga stabilitas pasokan sayur saat musim penghujan. Sebab, sering kali lahan pertanian tradisional kebanjiran sehingga gagal panen.

”Di tengah kekosongan sayur dari petani tradisional, kehadiran petani hidroponik bak oase di padang pasir,” ungkap Amiruddin.

Electrifying Agriculture  Menjangkau Industri Besar 

Tak hanya hidroponik, usaha perkebunan skala besar juga memanfaatkan program Electrifying Agriculture. Seperti yang dilakukan oleh PT Sinar Jaya Inti Mulia (SJIM), sebuah pabrik pengolahan minyak inti sawit mentah atau crude palm kernel oil (CPKO). Perusahaan yang berlokasi di Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, ini awalnya menggunakan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar cangkang sawit untuk mengolah kernel menjadi minyak inti sawit.



Pos terkait