TT-3103 jatuh di jurang di kawasan Perhutani di Watu Gede, Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sedangkan TT-3311 jatuh di tegalan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, persisnya di Desa Wonorejo, Kecamatan Lumbang, juga di Kabupaten Pasuruan. Keempat awak pesawat meninggal.
Saat ini, lanjut Agung, tim menunggu untuk bisa mengetahui data dalam flight data recorder (FDR). FDR saat ini telah ditemukan dan berada di Lanud Abdulrachman Saleh. ’’Tapi, belum dibuka,’’ terangnya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, kemarin.
Menurutnya, terdapat 5 M yang dikaji. Yakni, man, management, machine, medium, and mission. Karena kecelakaan bukan akibat satu hal, melainkan akumulasi dari beberapa hal.
Agung mengungkapkan, akan dilakukan perbaikan prosedur penerbangan dalam menghadapi kondisi semacam itu. Sebab, prosedur saat ini hanya mampu menyelamatkan dua pesawat.
’’Perbaikan prosedur diharapkan mampu menyelamatkan keempat-empatnya bila terjadi kondisi yang sama. Kalau bisa jangan sampai kecelakaan untuk perbaikan,’’ jelasnya.
Dia menyebut, hingga saat ini investigasi masih dilakukan internal TNI-AU. Dari Pusat Kelayakan dan Keselamatan Penerbangan TNI-AU serta skuadron 21. ’’Kami memiliki banyak lulusan investigasi dari luar negeri,’’ paparnya.
Kapan investigasi itu selesai? Agung menyebut belum dapat dipastikan jangka waktunya. ’’Nantinya akan diumumkan,’’ terangnya.
Sementara itu, pakar penerbangan sekaligus mantan KSAU Marsekal (purn) Chappy Hakim menuturkan bahwa kecelakaan pesawat bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Untuk mengetahui penyebabnya hanya bisa dengan menunggu hasil investigasi. ’’Namun, bila berdasarkan informasi pemberitaan, bisa diduga terjadi tabrakan,’’ terangnya.
Meski begitu, dalam penerbangan itu terdapat serangkaian regulasi dan prosedur yang bila ditaati akan bisa menghindari terjadinya kecelakaan. ’’Saat ada gangguan pun ada emergency procedure yang bisa mengurangi kegagalan atau dampak dari gangguan tersebut,’’ paparnya.