Udara Kalteng Berpotensi Terus Memburuk Akibat Terus Meluasnya Karhutla

karhutla
PRODUKSI ASAP: Kebakaran lahan yang terjadi di Desa Batuah, Kecamatan Seranau, menghanguskan puluhan hektare lahan, Sabtu (12/8) siang. (ISTIMEWA/RADAR SAMPIT)

SAMPIT, radarsampit.com – Kualitas udara di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) berpotensi terus memburuk. Pasalnya, kebakaran hutan dan lahan kian mengganas. Kondisi itu diperparah dengan sumber air pemadaman di lokasi yang kian menipis akibat cuaca panas.

Asap karhutla mencemari udara di Kotim dalam beberapa hari terakhir. Bau mulai sangit menyengat menjelang tengah malam. Saat dini hari, asap turun menyelimuti kota dan menipis menjelang pagi. Kondisi demikian bisa bertambah parah apabila karhutla belum bisa dikendalikan.

Bacaan Lainnya

”Saat menuju tempat kerja dari km 2 menuju Bundaran Balanga pagi hari, sudah kelihatan kabut (asap),” kata Jainal, warga yang bekerja di kawasan Jalan Sudirman, Senin (14/8).

Menurutnya Jainal, kabut pada pagi itu bukan embun. Dia mencium aroma asap. Selain membuat tidak nyaman karena bau sangit menyengat, kabut asap juga mengganggu jarak pandang dan membuat mata perih.

”Kalau dari aromanya bau asap. Kalau kebakarannya di mana, saya tidak tahu. Mungkin terbawa angin,” katanya.

Baca Juga :  Enam Bulan ”Dihantui” Buaya di Sungai Mentawa, BKSDA Pasang Jebakan

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Haji Asan Sampit merilis Kalteng termasuk Kotim berada pada peta merah potensi kebakaran hutan dan lahan. Hal ini menunjukkan wilayah Bumi Tambun Bungai sangat mudah terbakar.

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kotim, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) kemarin menunjukkan angka di atas 100. Mengindikasikan kualitas udara sudah tidak sehat. ISPU dengan indikator tidak sehat tersebut sudah terjadi sejak Minggu (13/8).

”Sejak Minggu (13/08), angka pada parameter ISPU mulai meningkat. Angka tertinggi terjadi pukul 00.00 WIB mencapai 121 poin. Lalu berangsur stabil. Semakin siang kepadatan udara berkurang dari adanya cuaca panas dan efek angin, sehingga angka parameternya berkurang sendiri,” kata Kepala Laboratorium Lingkungan Hidup DLH Kotim Dhody Wiriyanto.

Pencemaran udara yang menurunkan kualitas udara hingga berada ambang batas tidak sehat disebabkan maraknya kebakaran hutan dan lahan. ”Pemantauan ISPU dilakukan secara terus menerus menggunakan peralatan untuk mengukur kualitas udara yang dilengkapi sensor dan dipasang di halaman Kantor DLH Kotim,” jelasnya.



Pos terkait