Sepak terjang Saparudin alias Udin Pocong di dunia pencurian tidak ada habisnya. Pernah tertangkap saat membobol kantor SDN 1 Raja dan SDN 7 Raja, kini Udin kembali mencuri dacing timbangan di Pasar Indra Sari Kelurahan Baru, Senin (26/6/2023) malam.
KOKO SULISTYO, Pangkalan Bun | radarsampit.com
Aksinya diketahui oleh petugas keamanan pasar. Udin langsung digelandang ke posko keamanan pasar. Tertangkapnya Udin Pocong bukan hanya membuat geram petugas keamanan, tetapi sebagian besar warga Pangkalan Bun yang sudah mengetahui perilaku pria asal Kalimantan Barat itu.
Udian tidak jera, meski kakinya pernah ditembus peluru. Dia juga pernah mengalami patah pergelangan kaki dan tangan akibat terjatuh dari lantai 2 Masjid Sirajul Mukhtadin saat mencuri.
Dia digelari Udin Pocong saat masih berdomisili di Kelurahan Raja Seberang beberapa tahun silam. Saat itu ia menebar horor dengan menyamar menjadi pocong bersama seorang rekannya. Ia menghantui warga dengan menampakan diri menjadi pocong selama beberapa hari, agar warga takut keluar rumah. Saat itu perkampungan sepi pada malam hari.
Saat ia menampakan diri di jendela rumah warga, salah satu penghuni rumah berteriak sekuat tenaga lantaran ketakutan. Warga sontak beramai keluar dengan membawa senjata tajam.
Udin Pocong sempat dikejar puluhan warga, namun pria itu menghilang di kegelapan malam. Ketika warga dilanda ketakutan, ia memanfaatkan situasi itu untuk membobol warung milik warga.
Nasibnya apes ketika ia mencuri dompet di rumah warga. Udin tertangkap dan dibawa ke kantor kelurahan Raja Seberang. “Saat itu belum diketahui bahwa ia menebar teror pocong. Saat diinterogasi, ada salah seorang warga yang menanyainya jangan-jangan ia yang menjadi pocong, dan Udin mengakuinya,” terang salah seorang warga Raja Seberang, Ratna.
Sejak saat itulah Saparudin alias Udin digelari dengan julukan Udin Pocong. Ia sempat keluar masuk penjara akibat ulahnya. Namun, ia tidak pernah jera melakukan aksi kriminalnya.
Warga Kelurahan Baru, Hatman, merasa heran dengan kelicinan Udin saat beraksi, padahal pengamanan pasar sangat ketat. “Sepertinya sudah tabiat, sulit berubah berapa banyak kasusnya tetapi tidak pernah sadar,” pungkasnya. (tyo/yit)