Abrasi Pantai Dekati Makam Ulama di Ujung Pandaran

Abrasi Pantai Dekati Makam Ulama di Ujung Pandaran
CEK LOKASI : Kadis PUPR Kotim bersama perangkat Kecamatan Teluk Sampit mengecak kerusakan akibat abrasi di pantai Ujung Pandaran.(IST/RADAR SAMPIT)

SAMPIT – Abrasi pantai di Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit, Kotawaringin Timur semakin parah, sejumlah aset daerah terdampak, bahkan kerusakan juga mengancam makam ulama Syekh A Abdul Hamid.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kotim Machmoer mengatakan, pihaknya tengah memikirkan langkah untuk mengatasi abrasi pantai Ujung Pandaran.

Bacaan Lainnya

“Nanti kami akan ada pertemuan dan akan saya paparkan data, faktanya dan realitanya. Nanti saya jelaskan terlebih dahulu. Kami juga sudah melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat di sana,” ujar Machmoer.

Lanjut Machmoer, pihaknya dalam waktu dekat akan mengundang sejumlah tokoh agama, tokoh adat, Ketua MUI, Dinas Pariwisata, BKAD, serta yang lainnya untuk menanyakan bagaimana hukum fikihnya terkait makam tersebut.

“Kemungkinan Selasa 1 Juni 2021 nanti akan ada pertemuan membahas penanganannya, kami akan menawarkan beberapa opsi beserta penjelasan anggarannya. Namun kami tidak bisa mengatakan keamananya akan bertahan berapa tahun, sebagai contoh pertahanan yang dibangun oleh Menteri Kelautan dan Perikanan menghabiskan dana Rp 5 miliar, sekarang juga sudah hancur,” sebutnya.

Baca Juga :  Banjir Belum Berlalu, Polres Kobar Gelar Doa Bersama di Tengah Derasnya Hujan

Dirinya juga mengatakan, ketahanannya tidak bisa dipastikan sampai kapan karena tergantung dengan perilaku alam. “Kami juga ada opsi agar direlokasi, terlepas dari polemik yang mengatakan itu ada isinya atau tidak. Namun terserah bagaimana hasil keputusan nanti saat pembahasan,” tegasnya.

Kata Machmoer, pihaknya juga akan memanggil juriat Syech Abdul Hamid. Kata penduduk Ujung Pandaran, makam berasal dari Martapura. Agar pemerintah daerah tidak disalahkan, maka pihaknya akan meminta pendapat seluruh stake holder dan tokoh-tokoh.

“Tergantung juga nanti pemerintah maunya bagaimana, apakah tetap mempertahankan di sana sebagai wisata religi atau tidak. Atau ada hubungan antara Bupati terdahulu dan yang sekarang,  apa masih ada ikatan untuk melestarikan hal tersebut,” tandasnya. (ang/fm)



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *