Di tempat yang sama, Kepala Bidang Pelayanan Medik Anto Fernando Abel menjelaskan, bayi tersebut ditujuk ke RSUD Doris Sylvanus atas indikasi kembung dan muntah. Kemudian, dari hasil pemeriksaan lanjutan, ditemukan sumbatan usus diduga Megacolon.
Saat operasi, lanjutnya, ditemukan adanya Atresia Ileum atau tidak terbentuknya usus halus. Atas hal ini, dokter memutuskan untuk melanjutkan operasi untuk menjaga kondisi bayi sesuai prosedur medis.
”Kami pastikan pasien tetap dilakukan observasi, pemeriksaan, perawatan, dan terapi sesuai kondisinya setelah operasi,” katanya.
Akan tetapi, sembilan hari setelah operasi, pasien mengalami gagal napas dan diputuskan masuk ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU), lalu dipasangkan ventilator.
Dia memastikan dokter dan perawat rumah sakit sudah berusaha melakukan penanganan kegawatdaruratan, namun kondisi pasien terus menurun hingga akhirnya meninggal dunia.
”Kami pastikan sudah melalukan prosedur penanganan medis yang sesuai dan memiliki data-data pemeriksaan pendukung, sehingga itulah yang membuat kami berani mengambil tindakan operasi, bahkan pascaoperasi pun penanganannya sudah maksimal,” tegasnya. (sho/ign)