Begini Dampak Pemberlakuan PPKM terhadap Jasa Transportasi

PPKM Darurat
TURUN: Penumpang KM Dharma Rucitra 9 saat turun di Pelabuhan Panglima Utar Kumai. Damoak aturan baru, oenumoang turun drastis. (RINDUWAN/RADAR SAMPIT)

Penerapan PPKM Darurat yang berlaku sejak tanggal 3-20 Juli 2021 juga membawa dampak terhadap operasional layanan maskapai penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit.

“Dari tanggal 6-20 Juli pesawat NAM Air enggak operasional. Hanya ada Wings Air yang beroperasi, itupun beberapa kali dibatalkan dan tidak terjadwal. Mulai Jumat ada kedatangan maskapai pesawat Citilink. Jadi, untuk saat ini ada dua maskapai yang beroperasi,” kata Kepala Bandara H Asan Sampit Daverius Ma’arang, Jumat (9/7).

Bacaan Lainnya

Dalam sepekan maskapai penerbangan beberapa kali tidak beroperasi. Pembatalan penerbangan disebabkan faktor PPKM darurat dan persyaratan ketat yang harus dipenuhi setiap calon penumpang pesawat.

“Penumpang yang mau berangkat ada saja, persoalannya syaratnya harus PCR dan wajib menunjukkan sertifikat vaksin, sementara belum semua orang sudah divaksin, itu yang membuat pesawat cancel,” ujarnya.

Baca Juga :  Transportasi Udara dan Rumah Sakit Jadi Isu Krusial Terkait Kinerja Pemkab Kotim

Di sisi lain, pembatalan jadwal penerbangan tak terpenuhinya karena minimnya jumlah penumpang. “Syaratnya yang memberatkan penumpang, tes PCR yang mahal ditambah harus menunjukkan vaksin membuat calon penumpang banyak yang membatalkan, jumlah penumpang tidak terpenuhi, pesawat memutuskan batal berangkat,” tandasnya. (hgn)

Moda transportasi darat juga terdampak. Penumpang bus antarkota dalam provinsi tampak sepi. Jumlah penumpang yang masuk di Terminal Patih Rumbih Sampit, Sabtu (10/7)  turun drastis.

Septin, penjual tiket bus di Terminal Patih Rumbih, mengatakan  jumlah penumpang yang biasanya mencapai 43 orang, kini menjadi kurang lebih 15 orang. Sebab, penumpang pun harus menyertakan surat tes antigen.

“Kami juga tidak menerima penumpang yang dari luar daerah Kalimantan Tengah yang tidak disertai PCR,” ucapnya.

Sementara itu salah satu penumpang bus Supriadi mengaku keberatan dengan  biaya yang terlalu tinggi untuk bepergian keluar kota karena wajib tes antigen maupun tes PCR.

“Saat ini memang sulit untuk bepergian keluar kota, tambah juga biayanya mahal dengan adanya PCR ini,” kata Supriadi. (hgn/rm 106/rin/sla) 



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *