“Saya tidak tahu kalau layanan harus daftar online. Dulu saya berobat begitu datang bisa langsung dilayani. Ini harus daftar online, sementara saya tidak paham download aplikasi, mata saja kurang bisa melihat jelas kalau baca tulisan kata di hp, ditambah lagi sinyal di kebun sulit. Jadi, kami nekat aja langsung datang ke rumah sakit,” katanya.
Supiyah mengaku tak memiliki keluarga di Kota Sampit sehingga tidak ada tempat persinggahan dan terpaksa harus balik ke rumahnya.
“Rumah saya sekitar 3 jam menuju rumah sakit. Tidak ada keluarga, jadi tetap harus balik ke rumah. Biaya bensin lagi,” ujarnya.
Beda halnya dengan, Dinar Sari warga asal Parenggean ini datang bersama putrinya membawa surat rujukan dari dokter spesialis THT. Namun, tetap tidak bisa dilayani karena tidak mendaftar terlebih dahulu.
“Saya disuruh datang kalau tidak Senin atau Jumat. Dikira tidak perlu pakai nomor antrean karena ini langsung dapat surat rujukan, dokternya sendiri yang menyarankan kemari,” ucap putrinya kecewa.
Meski demikian, Dinar Sari tetap dibantu oleh staf bagian pelayanan pendaftaran pasien untuk ke klinik THT.
“Alhamdulillah tadi dibantu suruh datang ke klinik THT nemui perawat yang bertugas, tetapi belum tahu apakah bisa dilayani pagi ini atau tidak,” pungkasnya. (hgn/fm)