Dari Kunjungan ke Lokasi Agrowisata di Kota Batu Bersama Bank Indonesia

Memukaunya Anugerah Tuhan di Perkebunan Apel, Jadi Sumber Penghidupan Warga

bank indonesia
KUNJUNGAN:  Rombongan jurnalis Kalteng bersama Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Kalteng saat di Kota Batu, Malang, Jawa Timur. Tampak pula Kepala KPw-BI Kalteng Taufik Saleh menyerahkan hadiah kepada wartawan Radar Sampit, Dodi, sebagai salah satu pemenang karya jurnalistik. (ISTIMEWA/RADAR SAMPIT)

Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPw-BI) Provinsi Kalteng menggelar Forum Komunikasi Media (FKM) bersama sejumlah wartawan di Hotel Grand Tulip Holland, Kota Batu, Malang, Jawa Timur. Berikut liputannya.

DODI, Kota Batu | radarsampit.com

Bacaan Lainnya

Hamparan ribuan pohon apel dengan jalan yang berkelok langsung tersaji di depan mata saat Radar Sampit tiba di agrowisata petik apel Desa Dusun Junggo, Desa Tulung Rejo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu, Malang, Jawa Timur. Hawa yang sejuk membuat suasana alam yang asri kian nyaman.

Kesan pertama itu ditunjang lahan yang terkelola dengan baik. Tanah subur dengan lekukan tanamannya menjadi daya tarik. Pohon buah yang berjejer rapi, membuat pemandangan semakin nyaman.

bank indonesia kalteng

Wartawan Radar Sampit ikut dalam rombongan Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPw-BI) Provinsi Kalimantan Tengah yang melaksanakan kegiatan Forum Komunikasi Media (FKM). Acara itu dihelat di Hotel Grand Tulip Holland, Kota Batu.

Untuk menuju ke lokasi agrowisata, perlu menempuh perjalanan beberapa menit dari hotel. Kawasan tersebut bukan hanya jadi sumber penghidupan para petani apel, tapi juga menopang perekonomian warga, seperti pedagang asongan.

Baca Juga :  Larangan Main Layang-Layang dari Bupati dan Polisi Dianggap Angin Lalu

Ada dua apel apel yang bisa dinikmati pengunjung, yakni apel merah dan hijau. Buah tersebut murni dibudidayakan tanpa pestisida, hanya menggunakan pupuk alami. Tanaman diberi vitamin khusus.

”Keindahan alam begitu luar biasa. Buah apel yang ada juga bisa dijadikan obat. Ini salah satu area (kebun apel) terbesar di Asia. Keunggulannya tidak menggunakan pestisida,” kata Kuswantono, selalu pemandu wisata.

Sebagai petani apel, dia melanjutkan, wisata petik apel memberikan semangat bagi masyarakat, khususnya petani. Selain itu, juga mampu memulihkan ekonomi warga.

”Kami bergantung pada hal tersebut. Wisata petik apel ini adalah gantungan hidup bagi petani. Jika dipanen dan dijual, keuntungan sedikit. Tapi, jika menerapkan petik apel, maka lonjakan keuntungan didapat,” ucap pria berusia 50 tahun ini.

Kuswantono menuturkan, berkah dari petik apel dan dampak positif pariwisata juga dirasakan pedagang dan masyarakat sekitar. Sejak Kota Batu jadi kota wisata tahun 2021, masyarakat, petani apel, dan pemandu wisata menyebutnya berkah dari Tuhan.



Pos terkait