Perjuangan mengelola toko tidak hanya sekadar melayani pembeli, Desy juga harus mengambil sendiri barang orderan di gudang ekspedisi tanpa menunggu diantar jasa kurir. Menggunakan sepeda motor kesayanganya, Desy menerobos dinginnya malam demi memanjakan calon pembeli. Bukan perkara mudah membawa barang yang dipesan. Dibungkus karung plastik berwarna putih untuk satu koli orderan terkadang desi malam itu juga harus bolak balik dari toko menuju gudang ekspedisi.
Kerja keras yang terus menerus dijalankan menjadikan Desy tumbuh menjadi wanita dengan semangat tinggi dalam menjalani hidup. Bahkan semasa kuliah Desy merelakan masa mudanya tidak berjalan seperti mahasiswi lazimnya. Selepas kuliah, bukan kongkow bersama teman satu gengnya, justru Desy memilih mengurus toko fashionnya.
“Awalnya berat, tapi setelah dijalani dan sudah tau ritmenya kita easy going. Dari kuliah sampai lulus dan bekerja di bank tetap dijalankan bersama-sama. Yang penting selama didukung penuh keluarga dan ikhlas saya percaya akan menghasilkan yang baik juga,” ungkap Desy.
Desy mengaku baru dihadapkan pada pilihan berat, saat dirinya diterima sebagai pegawai tetap di bank tempatnya bekerja. Memiliki pekerjaan yang diimpikannya sejak lama tentu senang bisa lolos seleksi karyawan tetap di bank pelat merah. Apalagi proses itu dijalani dari bawah dan berproses bertahun-tahun. Justru yang membuatnya bimbang soal penempatan kerja. Desy ditempatkan di area Palangka Raya.
“Saya bingung saat itu mana yang harus dipilih. Meninggalkan Kota Sampit dan usaha yang sudah dirintis bersama mbak atau merelakan cita-cita yang saya impikan,” kata Desy.
Setelah berkonsultasi dengan orangtua dan mempertimbangkan dari berbagai aspek, Desy mengambil keputusan berat dengan melepas karirnya sebagai pegawai bank. Kesempatan di depan mata menjadi karyawan tetap dibuangnya. Desy memilih fokus mengelola bisnis yang dari awal dikelola bersama kakaknya.
