Keduanya diketahui merupakan warga Seruyan yang merantau ke Kotim. ”Mereka juga infonya tidak memiliki rumah. Hidup berpindah-pindah (mengontrak), lalu pindah ke Sampit,” ujarnya.
Diduga keluarga pengemis itu sudah tujuh tahun tinggal di Sampit dan tidak melakukan pembaruan data penduduk. ”Dulu Dinsos datangi ke rumahnya masih di Baamang I, setelah itu pindah ke Kampung Remiling, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Di Kampung Remiling itu baru ketahuan mereka hidup mengontrak, punya mobil Peugeot asal Prancis dengan nomor polisi N 1986 CJ yang ditaksir seharga puluhan juta,” ujarnya.
Selain mobil, ditemukan pula empat unit kendaraan roda dua jenis motor bebek dan matik. Beberapa di antaranya motor keluaran terbaru. ”Ponsel mereka juga model terbaru yang harganya lumayan (mahal),” katanya.
”Belum lagi perhiasan cincin, kalung gelang yang dikenakan. Semua itu didapat dari hasil mengemis,” tambahnya.
Informasinya, keluarga pengemis itu sengaja mempekerjakan anak-anaknya meski masih di bawah umur. Mereka pun mengakui, harta yang diperoleh tersebut didapat dari hasil mengemis.
Wiyono menegaskan, tindakan keluarga pengemis yang secara terang-terangan mengeksploitasi anak tak dapat dibiarkan begitu saja. Kendati demikian, dugaan eksploitasi anak itu masih dalam penyelidikan kepolisian.
”Kalau memang terindikasi mengeksplotasi anak, pihak kepolisian yang bisa menindaknya. Pengemis yang terus mengulang perbuatannya ini memang perlu diberi efek jera, tetapi kita lihat lagi apakah ada tindakan yang mengarah ke pelanggaran hukum atau tidak. Kita tunggu saja hasil penyelidikan dari kepolisian,” katanya.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Kotim Yunus menambahkan, sebelumnya keluarga pengemis dan kawan seperjuangan di jalanan pernah berjualan kerupuk.
”Ada juga yang jualan kerupuk. Ada juga yang sambil bawa gitar kecil. Ngejreng-ngejreng sebentar, minta duit ke pengendara di traffic light,” kata Yunus.
Yunus mengatakan, aksi mengemis itu dilakukan setiap siang, sore, dan terkadang sampai malam. Anak-anak di bawah umur itu berhasil memantik rasa kasihan dari pengendara. ”Sehari ada yang mendapat Rp 200-300 ribu, bahkan Rp 1 juta dari hasil mengemis,” ujarnya.