Menurutnya, evaluasi dilakukan mengingat masa kerja tekon akan berakhir pada 30 Juni 2022 ini dan untuk mengisi tenaga non aparatur sipil negara (ASN) lingkup Pemkab Kotim periode Juli – Desember 2022. Sedangkan orang baru yang ikut evaluasi, merupakan pelamar yang mengajukan lamaran ke SOPD. Semua berkas yang diterima sampai 14 Juni 2022 lalu tetap diikutkan seleksi.
”Orang baru yaitu pelamar yang menyampaikan berkas lamaran ke SOPD paling lambat tanggal 14 Juni. Semua tekon kontraknya berakhir 30 Juni 2022 dan evaluasi ini dilakukan untuk mengisi kebutuhan tenaga non-ASN periode Juli s/d Desember 2022,” katanya.
Kamarudin mengungkapkan, panitia seleksi tenaga kontrak harus mengejar waktu untuk dapat menyelesaikan pengolahan hasil evaluasi. Oleh karena itu, pihaknya berupaya agar hasil seleksi selesai sebelum 1 Juli. “Hasilnya direncanakan tanggal 29 Juni,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Pihaknya berharap sebelum tanggal 1 Juli hasil seleksi untuk menetapkan siapa tenaga kontrak yang melanjutkan dan yang tidak melanjutkan masa kerjanya sudah dapat ditetapkan. Hal ini terkait dengan masa kerja tenaga kontrak yang berakhir pada akhir Juni.
”Karena kontrak mereka berakhir pada 30 Juni ini, jadi kami usahakan sebelum 1 Juli hasil seleksi sudah ditetapkan,” katanya.
Bupati Kotim Halikinnor sebelumnya memastikan tetap mengurangi jumlah tenaga kontrak meski kebijakan itu pilihan berat. Para honorer yang tak lolos seleksi dan diberhentikan, diminta tak patah arang dan tak terpaku pada status pegawai. Pasalnya, masih banyak peluang usaha yang bisa dilakukan di wilayah ini.
”Sumber daya alam Kotim melimpah. Makanya, sering saya katakan, jangan hanya berpikir untuk jadi ASN, PNS, atau PPPK. Masih banyak peluang,” kata Halikinnor, Kamis (23/6) lalu.
Halikinnor mempersilakan jika memang memilih untuk menjadi tenaga kontrak ataupun ASN. Akan tetapi, dia juga mendorong generasi muda mulai mengembangkan wirausaha, karena keuntungan yang didapat melebihi gaji abdi negara.
”Waktu saya menghadiri acara panen tomat, dari 3/4 hektare lahan saja bisa mendapatkan Rp 450 juta yang modalnya hanya Rp 90-an juta. Saya minta milenial jadi enterpreneur. Mulai belajar di situ. Silakan ada yang mau jadi tenaga kontrak, mau jadi ASN, tapi banyak juga yang menjadi wirausaha. Saya mendorong itu,” kata Halikinnor.