Giliran Jalan Sampit-Pangkalan Bun Terancam Lumpuh

Jalan Poros Rungau Raya Terendam, Mobil Kecil Disarankan Tak Melintas

jalan
GANGGU PERJALANAN: Jalur Sampit - Pangkalan Bun, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman Km 107, Desa Rungau Raya, Kecamatan Danau Seluluk,terendam banjir akibat tingginya curah hujan, Rabu (15/9). (HENDRI EDITIA/RADAR SAMPIT)

KUALA PEMBUANG – Bencana banjir belum berhenti melanda Kalimantan Tengah (Kalteng). Luapan air dari sungai, kembali merendam ruas jalan Trans Kalimantan. Kali ini di jalur Sampit – Pangkalan Bun, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman Km 107,Desa Rungau Raya, Kecamatan Danau Seluluk, Kabupaten Seruyan.

Kapolres Seruyan AKBP Bayu Wicaksono melalui Kapolsek Hanau Ipda Ihsan Tio Basir mengatakan, air merendam jalan poros tersebut sepanjang sekitar 150-200 meter dengan kedalaman sekitar 30 cm. Banjir terjadi karena tingginya curah hujan pada Selasa (14/9) malam.

Bacaan Lainnya

Bayu menuturkan, pihaknya dan instansi terkait sudah bergerak mengamankan lokasi. Hal tersebut untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, khususnya mengamankan pengendara yang melintasi jalan tersebut.

Dia meminta mobil kecil agar untuk sementara tak melintas di ruas tersebut, karena air yang cukup dalam dengan arus deras. ”Kami imbau seluruh pengendara yang melintas jalan itu agar berhati-hati dan berkoordinasi dengan petugas untuk melewati jalur tersebut,” ujarnya.

Baca Juga :  Nafsu Tinggi, Adik Ipar pun Digauli

Terpisah, Camat Danau Seluluk Hasan Basri mengatakan, pihaknya bersama instansi lintas sektoral melakukan upaya bersama guna memberikan rasa aman kepada masyarakat dan pengendara yang melintas diwilayah tersebut.

”Semoga curah hujan berkurang, sehingga air cepat surut,” katanya.

Catatan Radar Sampit, banjir yang merendam jalur strategis sudah tiga kali ini terjadi dalam waktu kurang dari sebulan. Ruas yang terendam, di antaranya Sampit – Kasongan, Palangka – Raya Kuala Kurun, dan terakhir Sampit – Pangkalan Bun.

Bencana tahun ini disebut-sebut sejumlah kalangan sebagai bencana terparah yang pernah menimpa Kalteng. Selain karena tingginya curah hujan, banjir juga diduga kuat karena rusaknya hutan sebagai yang harusnya berfungsi menahan air.

Tokoh masyarakat Kotim Muhammad Arsyad sebelumnya mengatakan, kawasan penyangga di hulu yang selama ini mampu menahan luapan air, sebagian besar hilang akibat eksploitasi hutan secara besar-besaran. Dia menilai banjir yang terjadi tahun ini merupakan terparah dari sekian bencana yang pernah terjadi dari beberapa dekade sebelumnya.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *