Ia menyebut dalam satu hari pernah terdapat 7 sampai 10 kematian akibat Covid-19 yang harus mereka tangani, jumlah kasus kematian yang tinggi tidak sebanding dengan tenaga yang terbatas.
Kendati demikian, mereka tetap harus menjalankan tugas. Tim hanya mempunyai sedikit waktu untuk rehat sembari menunggu pemulasaraan jenazah berikutnya. Jeda waktu sepersekian menit itu dimanfaatkan untuk sejenak menarik nafas dengan masih mengenakan APD level tiga.
“Kami enjoy saja, satu jenazah sudah dilakukan tindakan penanganan pemulasaraan, saat akan masuk jenazah berikutnya kami istirahat sejenak, sementara yang lain menyiapkan segala sesuatunya,” terangnya.
Ada satu beban berat yang harus mereka emban saat menjalankan tindakan jenazah pasien Covid-19 dalam jumlah banyak. Mereka berupaya mencegah antrean penanganan jenazah melebihi 24 jam alias satu hari. Hal ini dikhawatirkan jenazah mulai mengalami proses pembusukan.
“Satu hari saja jenazah sudah dalam proses pembusukan, itu jangan sampai terjadi sehingga kita lembur dan tidak kenal lelah dalam menangani jenazah pasien Covid-19,” tandasnya. (sla)