Harus Lembur untuk Cegah Proses Pembusukan

Petugas Pemulasaraan Jenazah Covid-19 Kewalahan

jenazah covid-19
PEMULASARAN JENAZAH COVID-19: Kesibukan petugas kesehatan di RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun saat penanganan jenazah pasien Covid-19. (ISTIMEWA/RADAR SAMPIT)

Sirine ambulans terdengar setiap hari, kendaraan layanan kesehatan itu terlihat hilir mudik melintas Jalan Sutan Syahrir. Raungannya membuat warga bergidik, mudah saja mengenali pasien yang akan dirawat di RSSI dan mana pasien Covid-19 yang meninggal. Masyarakat sudah hafal dan hanya mengucap inalillahi wa innailaihi rojiun ketika melihat ambulans keluar dari RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun menuju rumah duka.

KOKO SULISTYO, Pangkalan Bun

Bacaan Lainnya

Sejak sebulan terakhir, kesibukan terlihat di ruang pemulasaraan jenazah Rumah Sakit Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Dengan APD lengkap, lima orang termasuk dokter forensik melakukan tugasnya dengan cekatan menangani jenazah pasien Covid-19.

Penanganan dan pemenuhan hak-hak jenazah pasien Covid-19 begitu sangat diperhatikan, namun tim pemulasaraan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Tahapan penanganan jenazah Covid-19 dijalani, hingga jenazah yang sudah dikafani dibungkus dengan plastik, sementara petugas di luar menyiapkan peti untuk jenazah yang sudah selesai dilakukan tindakan.

Baca Juga :  Kena Hipnotis, Perhiasan Pedagang Pakaian di Kolam Raib

Tugas tim pemulasaraan belum usai, mereka langsung membentangkan kain kafan di atas meja pemulasaraan, karena jenazah lain sudah menunggu untuk dilakukan tindakan. Sementara peti jenazah sebelumnya kembali dibungkus plastik hingga rapat sebelum diberangkatkan ke pemakaman umum.

Tidak ada waktu istirahat bagi petugas ini, meski lelah sudah mendera. Bahkan, terkadang mereka tidak sempat memejamkan mata untuk beristirahat. Mereka harus tetap terjaga, harus tetap bekerja karena berpacu dengan waktu kala penanganan jenazah Covid-19.

Dokter forensik RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, dr Eryanto Tanjung mengakui bahwa dalam satu bulan terakhir terjadi peningkatan kasus kematian yang cukup signifikan, sehingga mereka kewalahan dalam melakukan tindakan penanganan sekaligus.

“Kami tidak bisa melakukan tindakan penanganan jenazah sekaligus, sehingga harus membuat sistem yaitu dengan mengantre tindakan penanganan jenazah,” ujarnya saat dikonfirmasi di ruang pemulasaran jenazah pasien Covid-19 RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun, Selasa (3/8).



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *