Karena Hal Ini Warga Luwuk Bunter Siapkan Aksi Protes

pelabuhan batu bara
DIPROTES WARGA: Alat berat tengah beraktivitas di lokasi pelabuhan batu bara, wilayah Desa Luwuk Bunter. (Istimewa)

SAMPIT, radarsampit.com – Aktivitas pembangunan pelabuhan batu bara di wilayah Desa Luwuk Bunter, Kecamatan Cempaga, membuat masyarakat setempat gerah.

Pasalnya, perusahaan tersebut dinilai tak pernah melakukan sosialisasi. Warga menyiapkan aksi di lapangan untuk memprotes keberadaan investasi tersebut.

Bacaan Lainnya

Aksi warga dilatari kegiatan perusahaan yang tak pernah sosialisasi dan dinilai meresahkan, yakni menimbulkan kebisingan hingga dini hari saat pembongkaran batu bara dari truk.

Selain itu, kegiatan itu juga mengganggu lalu lintas karena parkir truk yang menggunakan badan Jalan Tjilik Riwut, ruas Trans Kalimantan.

”Kami ini tidak pernah tahu untuk apa. Ternyata dalam perjalanannya digunakan untuk pelabuhan batu bara dan itu tidak diketahui oleh kami, warga sekitar. Sosialisasi secara resmi pihak perusahaan pun tidak ada,” kata Agus, warga setempat, Minggu (28/6/2024).

Agus menegaskan, masyarakat perlu kejelasan terkait keberadaan pelabuhan tersebut. Apalagi itu adalah pelabuhan batu bara yang dinilai berpotensi menimbulkan efek lingkungan di sekitar rumah penduduk yang radiusnya hanya puluhan meter dari areal pelabuhan.

Baca Juga :  Tingkatkan Perolehan PAD, Kotim akan Naikkan Pajak Hiburan hingga 40 Persen

”Ini harus disampaikan. Jangan sampai menimbulkan keresahan bagi warga sekitar. Bagaimana tanggung jawab perusahaan dan pemerintah yang memberikan izin? Masyarakat di sini akan sulit menerima itu,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga menuntut perusahaan, bahwa sebelum membuka lahan seharusnya dilakukan ritual adat. Namun, hal tersebut tak dilakukan meski telah ada dijanjikan hingga dua kali ditunda terhadap pemangku adat setempat.

Warga lainnya mengeluhkan aktivitas perusahaan yang berlangsung hingga dini hari. Alat berat yang digunakan untuk menyusun batu bara di pelabuhan dinilai memicu kebisingan.

”Yang jadi masalah lagi, mereka yang bekerja hingga subuh. Mereka tidak mengetahui jam istirahat warga sekitar, sementara mereka menggunakan alat berat yang  menimbulkan kebisingan,” ujar seorang warga setempat.

Kepala Desa Luwuk Bunter Kurnain mengatakan, pemerintah desa tidak bisa berbicara banyak, karena memang perusahaan tersebut belum ada melakukan sosialisasi. Dia mengaku telah mendorong pihak manajemen perusahaan melakukan sosialisasi kepada warga setempat, sehingga tidak asal langsung membangun begitu saja.



Pos terkait