“Lilin ini harus tetap menyala, karena itu melambangkan iman yang tak boleh padam dalam hati kita,” ungkap Wenshi.
Filosofi sederhana ini mengajarkan umat untuk tetap menjaga keimanan, meskipun hidup penuh tantangan.
Namun, yang lebih menarik lagi adalah nilai toleransi yang dihidupkan dalam setiap sudut kelenteng. Di sisi lain Altar, ada patung Wie Tho Poo Sat, murid Buddha Gotama. Patung ini tak hanya menunjukkan keberagaman ajaran, tetapi juga menegaskan bahwa kelenteng ini terbuka bagi umat Buddha yang ingin beribadah.
“Kami tidak membatasi. Siapa pun yang ingin beribadah dengan niat tulus, kami persilakan,” ujar Wenshi. Di sini, harmoni antaragama dijaga dengan penuh penghormatan.
Lantunan doa berbahasa Tiongkok terdengar mengisi ruang, menambah kesakralan suasana. Di dalam Altar, deretan patung-patung dewa di tempatkan dengan penuh kehormatan. Ada dewa Tian Shang Sheng Mu, penjaga lautan yang dipercaya melindungi nelayan dari badai, serta dewa Tu Ti’ Pa Kung, yang memberi berkat kepada petani agar hasil tani mereka melimpah. Semua dewa-dewa ini menggambarkan hubungan erat antara manusia dengan alam sekitar.
Namun, ada satu patung yang mencuri perhatian, Guan Yu atau Kwan Kong, dewa kejujuran dan keberanian. Patungnya yang memegang kitab suci Chun Qiu Jing, Kitab Sejarah Zaman Dinasti Qiu, menjadi lambang keberanian dan dedikasi.
“Guan Yu adalah dewa yang disembah oleh banyak pejabat militer dan hakim, mereka berharap mendapatkan restu untuk keadilan,” jelas Wenshi.
Tidak hanya itu, ada juga Thai Shang Lao Jun, dewa dari aliran Tao yang dikenal sebagai dewa obat, dan Fu De Zheng Shen, dewa rezeki yang disembah para pedagang dengan harapan sukses dalam usaha mereka. Filosofi yang mendalam ada di balik nama-nama dewa ini, “Fu” berarti rezeki, “De” berarti kebajikan, dan “Zheng Shen” adalah sesuatu yang harus ditegakkan. Artinya, untuk mendapatkan rezeki, seseorang harus memperbanyak kebajikan.
Namun, yang paling menyentuh adalah keberadaan Eyang Putri, sesepuh lokal yang beragama Muslim, yang juga dipajang di bagian belakang Altar, dengan ayat kursi tertera di atas gambarnya.