Ketinggian Air Terus Bertambah, Warga Masih Bertahan di Rumah

Banjir yang Melanda Natai Suka, Kecamatan Mentaya Hilir Utara

Banjir
BANJIR: Kondisi banjir di Desa Natai Baru Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kamis (26/5). (ISTIMEWA/RADAR SAMPIT )

SAMPIT, RadarSampit.com – Puluhan rumah warga di Desa Natai Baru, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), terendam banjir. Selama  sepekan air mulai naik dan sejak tiga hari lalu mulai masuk dan merendam permukiman. Hujan deras yang mengguyur wilayah itu membuat ketinggian air terus bertambah mencapai 60 cm.

”Air naik sudah dari seminggu yang lalu. Bisa lebih dalam lagi kalau ada air kiriman dari wilayah hulu,” kata Kepala Desa Natai Baru Sariansyah.

Bacaan Lainnya

Desa Natai Baru sudah menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Namun, banjir yang terjadi kali ini disebut paling parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

”Memang setiap tahun pasti banjir, tapi tidak separah ini. Sejauh ini, ini yang terparah,” terangnya.

Desa Natai Baru terdiri dari empat dusun, dengan jumlah 700 kepala keluarga (KK). Jumlah yang terdampak banjir sekitar 68 KK, dengan fisik rumah hampir 50 rumah warga yang tenggelam. Sejauh ini belum ada warga yang mengungsi. Mereka masih tetap bertahan.

Baca Juga :  Urgensi Rehab Gedung DPRD Kotim Jadi Pertanyaan Besar

”Tapi kalau ada tambahan hujan, lebih baik pindah ke rumah keluarga yang tinggal di dataran yang lebih tinggi, karena posisi yang tergenang banjir ini di RT 06, sedangkan RT 01 berada di dataran lebih tinggi karena di atas bukit,” kata Sariansyah.

Menurutnya, air sempat mulai surut, namun hujan kembali membuat air naik. Bahkan semakin naik, karena adanya kiriman dari wilayah hulu. Pihaknya berharap hujan deras tidak lagi turun, agar banjir bisa berangsur surut.

”Mudah-mudahan tidak hujan lagi, sehingga air tidak bertambah,” harapnya.

Dia menambahkan, kondisi tersebut membuat aktivitas masyarakat terhambat. Khususnya bagi yang berprofesi sebagai nelayan, sedangkan warganya yang bekerja di perusahaan masih tetap bisa beraktivitas.

”Kalau untuk nelayan terhenti, tapi bagi pekerja yang terlibat di perusahaan masih jalan. Ada juga pekerja semacam cari kayu galam, tapi dengan adanya banjir, aktivitas terhenti, karena sibuk mengurusi rumah mereka,” tuturnya.

Pihaknya khawatir apabila air tidak surut, akan berdampak terhadap kesehatan warga. Karena itu, diharapkan bantuan dari pemerintah daerah, khususnya terkait kesehatan dapat segera disalurkan.



Pos terkait