Kisah Atlet Kotim yang Minim Perhatian, Mutiara Terpendam yang Dibiarkan Berjuang Sendirian

ATLET-CATUR-KOTIM
TOREH PRESTASI: Edward Ristsi Pierrlie (dua dari kanan) saat mengikuti dalam Kejurnas Catur Junior di Belitung, tahun 2021 lalu. (EDWARD RITSI PIERRLIE FOR RADAR SAMPIT)

RadarSampit.com – Torehan sejumlah prestasi yang diukir seorang atlet catur Kotim, tak membuat pihak terkait berusaha memupuknya untuk menjadi generasi emas masa depan. Alih-alih dukungan, atlet tersebut harus berjuang sendirian meraih mimpi menjadi Grand Master, gelar tertinggi dalam dunia catur.

HENY, Sampit

Bacaan Lainnya

Nama Edward Ritsi Pierrlie sudah tak asing lagi di kalangan pecatur Kotim, bahkan Kalimantan Tengah. Berbagai ajang perlombaan di tingkat daerah, nasional, hingga internasional sudah pernah dia ikuti. Ada 46 penghargaan yang menjadi bukti sepak terjangnya pada dunia olahraga asah otak yang dia geluti.

Meski dari ajang turnamen maupun kejuaraan tingkat provinsi dan nasional hingga internasional, dia tak selalu meraih juara 1, Edward tak patah arang untuk terus mengikuti berbagai turnamen.

Baca Juga :  Pasukan Merah Tegaskan Tak Tinggal Diam, Ini Langkah yang Akan Ditempuh

”Saya pernah mendapatkan piagam penghargaan dalam event Japfa Chess tingkat internasional yang diselenggarakan di Bekasi, tahun 2019 lalu. Saat itu saya belum meraih juara, tetapi setiap lomba yang saya ikuti tetap memberikan pengalaman berharga bagi saya untuk terus melatih kemampuan bermain. Karena, dari situ saya punya kesempatan mempelajari taktik pemain kelas dunia dalam memainkan catur,” kata atlet muda kelahiran Sampit, 25 Agustus 2001 ini.

Kecintaan Edward terhadap dunia catur berawal dari bangku kelas lima SD. Ketika itu, Edward kecil sering menyaksikan kakeknya bermain. Dari situ dia mulai tertarik belajar di bawah bimbingan sang kakek.

”Awalnya karena sering melihat kakek main catur dengan tetangga. Setelah itu diajarkan kakek. Merasa sudah bisa, saya coba ikut lomba untuk pertama kalinya pada kegiatan O2SN tingkat kabupaten dan meraih juara dua,” ucap mahasiswa semester enam Strata-1 Keperawatan, Universitas Sari Mulia Banjarmasin.

Kegemarannya terhadap permainan catur juga sejalan dengan karakternya yang senang berpikir dan menghafal. Menurutnya, catur bukan hanya sekadar permainan, tetapi diperlukan latihan rutin dan didukung pemahaman teori, serta hafalan yang kuat.

Baca Juga :  Pembantai Pasutri di Palangka Raya Dituntut Hukuman Mati

”Saya rela habiskan masa remaja setiap enam jam sehari secara rutin untuk berlatih catur. Catur memerlukan ketekunan dan memahami teknik dalam bermain, sehingga saya bisa mudah menjemput kemenangan,” ujarnya.



Pos terkait