Bahkan, untuk pelabuhan di pinggir laut, mereka tidak tahu apakah milik pemerintah atau milik perusahaan, karena selama ini yang melewati hanya penyeberangan mobil truk buah kelapa sawit perusahaan.
Untuk itu, ia berharap agar pemerintah memperhatikan akses bagi mereka dan anak-anak untuk dapat mencapai sekolah dan kembali ke rumah saat pulang mengajar.
”Kami, guru-guru maupun anak-anak yang melanjutkan sekolah di Kumai, semuanya lewat sungai ini. Belum pernah kami lewat pelabuhan, karena tidak ada tempat penitipan motor dan tidak ada tempat berteduh saat panas maupun hujan,” ujarnya. (***/ign)