Kisah Pilu di Panti Asuhan Annida Qolbu (2-Habis)

Sanggup Makan Nasi Bertabur Garam demi Menghidupi Anak Yatim

Panti Asuhan Annida
PANTANG MENYERAH: Rohani merawat anak panti dengan penuh kasih sayang meskipun hidupnya dijejali banyak kesulitan

Perasaaan pesimistis itu ditepis Rohani. Keadaan hidup yang membuatnya tak bisa menolak mengasuh anak yatim. Hati nuraninya tak tega membiarkan anak yatim terlantar dan mengalami kehidupan kelam. Bahkan, tak sedikit kasus anak yatim dan anak disabilitas yang menjadi korban penyiksaan, kekerasan dalam rumah tangga, bahkan pelecehan seksual.

”Saya saat itu merasa tidak sanggup mengasuh anak yatim, tetapi hati saya juga tidak bisa menolak. Saya tidak tega membiarkan mereka hidup di luar sana. Yang terus menjadi korban penyiksaan oleh manusia yang bertindak kasar dan tak memiliki kepekaan hati,” katanya.

Anak-anak yatim pun merasa percaya, bahwa Rohani merupakan manusia pilihan yang diamanahkan Tuhan untuk menjaga, merawat, mengasihani, menyayangi, dan menghidupi anak-anak yatim piatu yang bernasib kurang beruntung.

”Anak-anak yatim tetap mau hidup dengan saya walaupun dalam kondisi susah. Bayangkan saja, ketika dulu saya bersama anak-anak yatim mau tidak mau terpaksa memakan beras beroma busuk, seperti aroma bama (pakan ayam), terkadang hanya berlauk taburan garam atau minyak jelantah. Mungkin tidak ada yang percaya itu,” kenang perempuan kelahiran Banjarmasin, 12 Desember 1972 ini.

Baca Juga :  Bupati Kotim Bersyukur Bisa Peringati Maulid Nabi Bersama Masyarakat

Perjuangan Rohani menghidupi anak-anak yatim piatu sungguh berat. Rohani sebisa mungkin mengatur keuangan hidupnya bukan hanya untuk kepentingan pribadinya, melainkan untuk kemaslahatan umat.

”Makan telur bagi empat, beli mi instan satu dus dimakan ramai-ramai. Makan nasi pakai lauk mi. Enggak ada mi, pakai telur. Enggak ada lauk, kadang hanya makan pakai garam atau minyak jelantah yang dibaurkan ke dalam nasi. Itulah perjuangan saya betapa sulitnya menghidupi anak yatim,” ujarnya.

Saat masih aktif menjadi jurnalis, Rohani kerap hadir dalam berbagai kegiatan peliputan. Setiap ada kegiatan, makanan kotakan yang berlebihan dia bawa pulang untuk anak-anak yatim piatu yang menunggunya di rumah.

”Kalau ada sisa makanan kotakan yang lebihan, saya minta dan bawa pulang untuk anak-anak yatim di rumah. Itu sering saya lakukan ketika saya masih aktif di lapangan,” ujarnya.



Pos terkait