Kisah Pilu di Panti Asuhan Annida Qolbu (2-Habis)

Sanggup Makan Nasi Bertabur Garam demi Menghidupi Anak Yatim

Panti Asuhan Annida
PANTANG MENYERAH: Rohani merawat anak panti dengan penuh kasih sayang meskipun hidupnya dijejali banyak kesulitan

Rekan-rekan jurnalisnya semasa itu, tak ada yang mengetahui kehidupannya. Rohani memilih diam dan berjuang sendiri menjalani hidup. Sampai akhirnya Rohani memantapkan hati untuk melepas kariernya sebagai Jurnalis.

Sejak tahun 2000, Rohani menyerahkan seluruh tenaga, pikiran, dan materinya untuk mengasuh anak yatim piatu. Panti Asuhan Annida Qolbu yang kini dirintis dan diperjuangkannya, masih terus berdiri hingga sekarang sudah menjadi Yayasan Annida Qolbu.

Tak hanya Panti Asuhan, Rohani telah mengembangkan dunia pendidikan dengan membangun Sekolah Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sejak tahun 2018 dan terus mengembangkan pendidikan sekolah dasar (SD) sejak tahun 2016 di atas lahan seluas 1 Ha. Pada Senin (27/6) pagi itu, dia baru saja menggelar pelepasan 9 murid TK angkatan keempat dan 6 murid SD angkatan pertama.

”Doakan saya agar suatu saat dapat terus membangun SMP di sini,” katanya.

Di tahun 2019, Yayasan Annida Qolbu telah mendapatkan akreditasi dengan kategori cukup baik dari Kementerian Sosial. Di tahun itu pula dia melakukan penataan dan melengkapi berkas persyaratan, mulai dari izin hingga pelaporan pajak yang wajib dilaporkan.

Baca Juga :  Jadi Ajang Promosi Budaya, Halikinnor Ajak Meriahkan Pawai Pembangunan HUT Kemerdekaan RI ke-78 

Sebelumnya, di tahun 2012 lalu, Yayasan Annida Qolbu pernah menerima penghargaan dari Dinas Sosial Provinsi Kalteng sebagai organisasi sosial berprestasi di tingkat provinsi.

Selama lebih dari 22 tahun Rohani rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan materinya mengasuh anak yatim. Rohani tentu saja merasakan lelah. Cobaan datang silih berganti menghampirinya. Usianya yang semakin menua membuatnya bergegas berpikir untuk mewujudkan mimpinya memajukan Yayasan Annida Qolbu.

”Saya sekarang sudah memiliki 10 staf yang membantu saya. Sekarang fisik saya sudah tidak sekuat dulu. Saya sudah mengidap diabetes sejak tahun 1995. Kadang-kadang kambuh. Kaki sebelah kiri saya sudah pernah dioperasi. Berjalan sudah tidak bisa segesit dulu. Tetapi, impian saya untuk membangun Yayasan Annida Qolbu masih terus saya upayakan. Saya ingin suatu saat ketika saya wafat, anak-anak yatim di sini tidak terlantar dan mampu meneruskan perjuangan saya untuk memajukan Yayasan Annida Qolbu yang mampu membawa manfaat bagi sejuta umat yang bernasib tak beruntung,” tandasnya. (***/ign)



Pos terkait