”Walaupun melihat dari parameter alam, siklus cuaca masih meragukan karena BMKG menyebut curah hujan masih berpotensi cukup tinggi, tetapi pada bulan-bulan ini sudah masuk musim kemarau. Sehingga, dari keterangan BMKG tadi tahun ini cuaca di Kotim pada saat ini menghadapi kemarau basah,” ujarnya.
Di samping itu, lanjutnya, penetapan status siaga darurat tidak serta merta menggambarkan kedaruratan atau kerawanan yang terjadi dalam beberapa bulan terkahir.
”Penetapan status siaga darurat karhutla ini lebih kepada tindakan pencegahan dan antisipasi agar jangan sampai kasus karhutla meluas. Kami menginginkan agar kasus itu dapat ditekan sekecil mungkin. Jadi, keberhasilan atau kesuksesan kami bukan ditentukan berdasarkan seberapa banyak lahan yang berhasil dipadamkan, seberapa banyak kasus yang ditangani tetapi seberapa kecil kasus karhutla itu dapat kita cegah agar jangan sampai terjadi karhutla,” tandasnya. (hgn/ign)