Makam Keluarga Panglima Utar di Sungai Bakau Bakal Jadi Wisata Religi

makam panglima utar
PEMAKAMAN: Makam keluarga pejuang Kemerdekaan Panglima Utar, di Sungai Umbang, Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kobar, belum lama ini. (Istimewa/Radar Pangkalan Bun)

PANGKALAN BUN, radarsampit.com – Makam Keluarga Panglima Utar Kumai di Pantai Umbang, Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) bakal dijadikan wisata religi.

Makam yang berada kurang lebih 300 meter dari bibir Pantai Umbang ini juga terdapat pusara istri Panglima Utar Saripah Lauyah, beserta anak-anaknya. Sementara Panglima Utar yang bernama asli Muhammad Muhtar dimakamkan di Makam Taman Pahlawan Indra Pura Pangkalan Bun.

Bacaan Lainnya

Di kawasan wisata religi Pantai Umbang ini juga masih berdiri kokoh rumah Panglima Utar, meskipun sudah tidak berbentuk aslinya lagi. Di sekitar pekarangan rumah, tumbuh pohon kuini yang sudah berumur ratusan tahun.

Perlu diketahui bahwa Pantai Umbang merupakan tempat tinggal pejuang Kemerdekaan Panglima Utar. Pantai Umbang berjarak 30 kilometer dari Bundaran Bahari Kumai dengan waktu tempuh 45 menit.

Baca Juga :  Mal Pelayanan Publik Kobar Libatkan Enam Dinas  

Bakal dijadikannya makam keluarga pejuang kemerdekaan Panglima Utar sebagai wisata religi disambut baik oleh pelaku wisata di Kecamatan Kumai. Selain menyimpan keindahan pantai, Sungai Umbang juga menyimpan cerita sejarah pada zaman kemerdekaan.

“Keindahan panorama laut lepas dan ditunjang adanya wisata religi, maka Umbang bakal menjadi tujuan wisata yang akan dikunjungi wisatawan Nusantara,” ujar Agus Sutianto.

Pantai Umbang saat ini juga tersedia sarana dan prasarana penunjang pariwisata seperti kuliner olahan laut, hingga tempat berjualan souvenir.

Diakuinya meski belum banyak dikenal kelebihan Pantai Sungai Umbang, namun Umbang menyimpan destinasi wisata ikonik. Ia berkeyakinan Pantai Umbang akan bertambah ramai bila dikelola dengan baik.

Keberadaan makam keluarga Panglima Utar, selain dapat dijadikan wisata religi, kawasan pantai juga dapat menjadi media penghilang rasa jenuh dan menambah wawasan wisatawan tentang sejarah. “Tidak heran angka kunjungan wisata religi di beberapa tempat di Kotawaringin Barat semakin tahun semakin meningkat,” pungkasnya. (tyo/yit)

 



Pos terkait